Tawasul Kepada selain Allah

Daripada WikiPasokh

Soal: Apakah boleh bertawassul kepada para Nabi dan Maksumin as?

Umat Islam menganggap bertawassul kepada selain Allah dengan syarat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt adalah hal yang dianjurkan. Juga, tawassul kepada para Maksumin as merupakan sirah dan cara umat Islam serta para ulama untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Tawassul kepada selain Allah termasuk tawassul kepada para nabi dan para imam. Tawassul semacam ini, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, ditekankan dalam Al-Qur'an dan hadis.

Keharusan untuk Menggunakan Perantara

Menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil adalah sebuah hal yang pasti dan tidak diragukan lagi. Untuk mencapai kedudukan maknawi yang tinggi, Allah swt telah memberikan sarana yang dengannya manusia dapat mencapai kedudukan yang tinggi. Untuk itu, disebutkan dalam Al-Qur'an: “Hai orang-orang yang beriman. , bertakwalah kepada Allah swt dan gunakan sarana yang telah disediakan-Nya untukmu. Dan berjuanglah di jalan Allah, mungkin kalian akan diselamatkan.” (QS. Al-Ma’idah: 35)

Tawassul kepada Selain Allah swt dalam Al-Qur'an dan Hadis

Yang dimaksud dengan “sarana” adalah segala sesuatu yang mendekatkan seseorang kepada Allah swt, kadang-kadang berkaitan dengan orang itu sendiri, seperti ilmu dan kesadaran, salat, haji, zakat, jihad di jalan Allah, dll. Atau orang yang mengambil tangan seseorang di jalan ini, dan mengangkatnya, untuk alasan ini, dalam tafsir ayat 35 surah al-Ma'idah, disebutkan bahwa Ali (as) bersabda: "Aku adalah sarananya". Dalam tafsiran lain, Imam Ali as bersabda:”Mendekatlah kepada Allah swt melalui Imam.”

Untuk itu, dalam ayat-ayat Al-Qur'an disebutkan berbagai contoh dari nabi-nabi terdahulu tentang tawasul, seperti tawasil Nabi Adam as kepada Ahlulbait (Al-Baqarah: 37) dan permintaan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada Nabi Yaqub as. Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan, mereka meminta ayah mereka untuk meminta pengampunan bagi mereka, dan Nabi Yaqub as juga berjanji untuk meminta pengampunan bagi mereka: َ ﴿قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴾[۲] (Anak-anak Yakub kepada ayahnya sendiri) berkata: Wahai ayah! Mintalah kepada Allah swt untuk mengampuni dosa-dosa kita. Nabi Yaqub as berkata: Aku akan segera meminta ampunan dari Allah swt untuk kalian, karena Dia sangat pemaaf dan baik hati.

Tawasul kepada Nabi saw dan Para Imam as

Umat Islam bertawasul kepada Nabi saw baik selama masa hidup dan setelah kematiannya. Orang-orang datang kepada beliau saw untuk meminta bantuan atau pengampunan dan kebutuhan mereka terpenuhi. Sebagai contoh, diriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari Arab Badui datang kepada Nabi saw dan membacakan beberapa baris puisi dan menjadikan Nabi saw sebagai sarana agar Allah swt menurunkan hujan. Bait terakhirnya adalah sebagai berikut: Kami tidak punya cara kecuali melarikan diri kepada Anda, kecuali kepada Nabi Allah, ke mana lagi kami bisa berpaling. Nabi (saw) pergi ke mimbar dalam keadaan sedih dan berdoa kemudia hujan turun dengan deras.[3] Juga, cara dan sirah umat Islam serta ulama adalah bahwa mereka bertawasul kepada para Imam as. Majlis-majlis dan acara-acara yang diadakan untuk Imam Husain as serta acara duka dan berkabung yang dilakukan merupakan salah satu bentuk dari tawasul kepadanya.