Bagaimanakah Ide Zionisme Terbentuk?
Soal: Bagaimanakah Ide Zionisme Terbentuk?
Jawab:
Awal mula ide Zionisme adalah untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi dunia dari ketercerai-beraian, dengan mencoba menciptakan negara Yahudi yang merdeka di Palestina serta mengumpulkan semua orang Yahudi di sana. Tekanan yang dialami oleh orang-orang Yahudi di berbagai negara, khususnya di Eropa, memperkuat motivasi mereka untuk bergerak dalam wadah organisasi. Ide dari “Theodor Herzl”, seorang penulis Yahudi asal Austria, menjadi salah satu faktor penting yang melahirkan gagasan utama Zionisme untuk menciptakan tanah Yahudi yang merdeka. Ia menulis dan menerbitkan ide ini pada tahun 1895 dalam sebuah buku berjudul “Negara Yahudi”. Kongres Zionisme Dunia yang pertama diselenggarakan dengan melibatkan para pemikir hingga para kapitalis Yahudi, langkah mereka ini pun berakhir dengan sukses. Pada awal terbentuknya Zionisme, para pemimpin gerakan ini tidak menekankan pada suatu wilayah khusus, melainkan tujuan mereka lebih berfokus pada pendirian negara Zionis dan pengumpulan orang-orang Yahudi di bawah naungannya. Namun, sebuah kelompok dari orang-orang Zionis ini sejak awal mempunyai kepekaan dan perhatian khusus terhadap tanah Palestina dan menganggap itu sebagai tanah yang dijanjikan. Kelompok ini akhirnya mendominasi wilayah tersebut dan dengan cara ini mereka berhasil mendirikan pemerintahannya di Palestina.
Hakikat Zionisme
Zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan menciptakan komunitas Yahudi yang otonom di Palestina. Nama gerakan ini diambil dari Gunung Zion (makam Nabi Daud) di Yerusalem.[1] Para pemimpin gerakan ini mengundang orang-orang Yahudi ke tanah Palestina dengan berasaskan pada pandangan-pandangan berbasis rasisme dan ambisi kekuasaan, serta menempatkan mereka di sana dengan menggaungkan slogan: "Palestina adalah Tanah yang Dijanjikan". Untuk merealisasikan ide ini, mereka bertikai dengan penduduk asli Palestina, yaitu orang-orang Arab Muslim dan Kristen. Mereka juga menggunakan kekerasan untuk mengusir atau membunuh para pribumi tersebut, hingga akhirnya mereka berhasil menguasai sebagian besar wilayah ini.[2] Zionisme adalah sebuah organisasi politik yang mencoba untuk menciptakan negara Yahudi yang mandiri di Palestina dan wilayah negara-negara Arab yang ada di sekitarnya dengan menggunakan kekerasan, serta mengumpulkan semua orang Yahudi dunia di tanah ini.[3]
Latar Belakang Kemunculan
Pada awalnya, tujuan gerakan ini bukanlah mendirikan pemerintahan di Palestina, tetapi tujuan utamanya adalah untuk menyelamatkan Yahudi dari ketercerai-beraian. Gerakan ini terbentuk dengan ide dasar tersebut.[4] Tekanan terhadap orang-orang Yahudi di negara-negara Eropa Timur seperti Rusia, Polandia dan Rumania, memperkuat motivasi organisasi kaum Yahudi tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, salah satu pemimpin Yahudi bernama "Pinsker" menulis buku berjudul "Otonomi" dan mendorong kaum Yahudi untuk lebih cepat berorganisasi. Dalam buku ini, dia menulis: “Dunia memandang Yahudi dengan hina karena kami tidak memiliki tanah air, rumah atau kedaulatan. Kami dianggap asing di mana pun kami berada. Solusi mendasar untuk masalah ini adalah dengan mengumpulkan orang-orang Yahudi di seluruh dunia di tanah air (Palestina) serta membentuk bangsa Yahudi yang merdeka." Setelah usulan ini, organisasi "Pecinta Zion" didirikan dengan tujuan sebagai berikut:
- Menghidupkan kembali bahasa Ibrani.
- Mengundang dan mendorong orang-orang Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina.
- Memiliki dan membangun tanah Palestina.[5]
Pendanaan gerakan ini berasal dari para kapitalis Yahudi, terutama “Baron Edmond Rothschild”. Dengan beberapa bantuan ini memungkinkan mereka membeli beberapa wilayah kecil dari tanah Palestina dan menempatkan orang-orang Yahudi di sana. Gerakan Pecinta Zion pada mulanya bukanlah sebuah gerakan yang signifikan dan memiliki tujuan politik yang jelas, hingga Theodor Herzl, seorang penulis Yahudi dari Austria tergerak oleh sebuah kejadian yang menimpa seorang Yahudi dan memulai aktivitas untuk memperjuangkan pembentukan tanah merdeka bagi Yahudi. Sekaitan dengan masalah ini, pada tahun 1895, Herzl menulis dan menerbitkan sebuah buku yang berjudul "Negara Yahudi". Dalam buku ini, ia menuliskan idenya: “Solusi untuk masalah yang dihadapi orang Yahudi adalah mengumpulkan mereka yang tidak dapat menanggung penderitaan di negara-negara yang ditempatinya, di suatu wilayah luas yang cukup untuk sebuah bangsa besar.” Sambutan yang besar dari orang-orang Yahudi terhadap buku Herzl dan teori-teorinya terkait pembentukan negara Zionis mendorong para pendukung Zionis terlebih Herzl untuk menyelenggarakan Kongres Zionis pertama di Basel, Swiss.[6]
Kongres Zionisme Dunia dan Pembentukan Rezim Zionis
Kongres Zionisme Dunia yang pertama dibentuk dengan mengumpulkan para ahli dan kapitalis Yahudi dan kegiatannya berlangsung dengan sukses. Berdasarkan tujuan Kongres, ide Zionisme menjadi semakin dekat dengan realisasi. Herzl tidak secara spesifik menekankan tempat tertentu sebagai lokasi negara Yahudi. Ia juga tidak mengambil keputusan serius mengenai tanah Palestina. Di samping itu, beberapa orang menyarankan beberapa negara seperti Uganda dan Argentina. Dalam bukunya, Hertzel mengusulkan: "Sebuah kantor perwakilan harus didirikan untuk mengatur program negosiasi dan rencana politik gerakan, dan sebuah perusahaan Yahudi harus dibentuk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan keuangan gerakan tersebut."[7] Oleh karena itu, pada awal pembentukan Zionisme, para pemimpin gerakan ini tidak terlalu menekankan wilayah tertentu, tetapi lebih berfokus pada pendirian negara Zionis dan pengumpulan orang-orang Yahudi di bawah naungannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, pendirian "pemerintahan Yahudi" hanya dianggap sebagai alat bantu tambahan, sehingga lokasi pendirian pusat tersebut tidak dianggap terlalu penting oleh orang-orang Zionis. Seperti halnya “Leon Pinsker” menulis terkait masalah ini: "Kita tidak harus menetap di tempat yang dulunya menjadi lokasi kehancuran pemerintahan kita..., kita hanya membutuhkan sebidang tanah yang dapat kita miliki..., Ruang Mahakudus (Holy of Holies) yang telah kita lindungi sejak tanah air kita hancur, akan kita bawa ke sana. Maksud saya adalah keyakinan kepada Tuhan dan Kitab Suci, karena hal inilah (bukan Yordan atau Yerusalem) yang menjadikan tanah air kita sebagai Tanah Suci."[8]
Untuk mendirikan pemerintahan Zionis, terdapat dua pandangan utama. Selama Herzl, pendiri utama Zionisme, masih hidup, tidak ada perhatian khusus terhadap wilayah tertentu, termasuk Palestina. Pada abad ke-19, dalam Kongres Zionis keenam, Uganda diusulkan sebagai pusat pemerintahan. Dalam kongres tersebut, Herzl menyatakan: "Saya tidak ragu bahwa kongres, sebagai perwakilan dari rakyat Yahudi, akan menerima usulan ini dengan penuh rasa hormat. Usulan tersebut adalah mendirikan sebuah koloni Yahudi yang otonom dengan sistem administrasi Yahudi dan pemerintahan lokal, di mana seorang pejabat tinggi Yahudi akan memimpinnya, di Afrika Timur. Tidak perlu diragukan lagi bahwa semua ini akan berada di bawah pengawasan penuh Inggris." Pandangan kedua juga muncul dalam hal ini. Para pendukung pandangan ini sejak awal memberikan perhatian khusus pada wilayah Palestina, yang mereka anggap sebagai tanah yang dijanjikan. Para pendukung pandangan ini juga mengemukakan beberapa alasan untuk menolak pandangan pertama. Salah satunya adalah “Chaim Weizmann”. Ia menulis: "Wilayah-wilayah yang diusulkan itu terlalu dingin atau sangat panas dan pengembangan serta pembangunannya akan membutuhkan bertahun-tahun kerja keras dan biaya yang sangat besar."
Perlu diperhatikan bahwa kepemimpinan gerakan Zionisme terdiri dari kelompok-kelompok yang masing-masing mewakili negara-negara imperialis yang berbeda. Beberapa diantaranya, seperti “Alfred Nossig”, yang mendukung Jerman. kelompok lainnya seperti “Chaim Weizmann”, yang mendukung Inggris. Dan kelompok lainnya yang juga mendukung negara-negara imperialis lainnya. Perbedaan pandangan ini menghasilkan berbagai teori dalam gerakan tersebut, hingga akhirnya perselisihan antara para pemimpin Zionis berakhir dengan kemenangan kelompok pro-Inggris yang dipimpin oleh “Weizmann”. Peristiwa ini terjadi ketika kelompok yang telah lama mengincar Palestina di kalangan Inggris berhasil mendapatkan posisi dominan, sehingga dengan cara ini mereka mendirikan pemerintahannya di Palestina.[9]
Catatan Kaki
- ↑ Ashori, Dariosh, Daneshnameh Siasi, Teheran: Morvarid, 1380 HS, hal: 123.
- ↑ Zaitr, Ekram, Sargozasht Felestin, Penerjemah: Akbar Hashemi, Qom: Bustan Ketab, 1388 HS, hal: 91-92
- ↑ Zaitr, Ekram, Sargozasht Felestin, hal: 92
- ↑ Zaitr, Ekram, Sargozasht Felestin, hal: 92
- ↑ Sokolow, Nahum, Tarikh Sahyunism, Penerjemah: Davud Heidari, Tehran: Moaseseh Motaleat Tarikh Islam, 1377 HS, jil: 1, hal: 385
- ↑ Sokolow, Nahum, Tarikh Sahyunism, jil: 1, hal: 385.
- ↑ Ivanov, Yuriy, Sahyunism, Penerjemah: Ibrahim Yunesi, Tehran: Moaseseh Entesyarat Amir Kabir, 1356 HS, hal 14.
- ↑ Ivanov, Yuriy, Sahyunism, hal: 14.
- ↑ Ivanov, Yuriy, Sahyunism, hal: 20-21