Bagaimana Kedudukan Dan Keutamaan Sayidah Maryam Sa?

Soal:Bagaimana Kedudukan Dan Keutamaan Sayidah Maryam Sa?

Jawab: Maryam sa merupakan satu-satunya wanita yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an dan diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam sa memiliki kedudukan seperti dipilih oleh Allah swt, digelari sebagai Siddiqah (sangat jujur), memiliki kesucian dan kehormatan, serta berbicara dengan para malaikat. Beberapa ulama Muslim bahkan percaya pada kenabian Maryam sa. Maryam sa, sesuai dengan nazar ibunya, dibawa ke Baitul Maqdis untuk melayani dan beribadah kepada Allah swt. Para pendeta di Baitul Maqdis berselisih mengenai siapa yang akan mengasuh Maryam sa. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, mereka melakukan undian, dan undian jatuh kepada Zakaria as. Sehingga, Zakaria as pun menjadi pengasuh Maryam sa. Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis. Di kalangan masyarakat, Maryam sa dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering melihat makanan di dekat Maryam dan bertanya dari mana makanan tersebut berasal. Maryam sa menjawab bahwa makanan itu adalah kiriman dari Allah swt. Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui cara biasa. Al-Qur'an tidak menyebutkan durasi kehamilannya. Menurut beberapa mufassir, durasi kehamilan Maryam sa seperti wanita lain, yaitu sembilan bulan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa durasi kehamilannya bersifat mukjizat. Mereka juga menyebutkan bahwa durasinya hanya berlangsung selama satu jam.

Kedudukan

Al-Qur'an memperkenalkan Maryam sa sebagai tauladan bagi semua orang beriman: “Dan Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman … Demikian pula Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya.” (At-Tahrim/66:11-12) Dalam ayat 42 surat Ali ‘Imran, ia juga disebut sebagai orang pilihan dan suci: ﴿ وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ ﴾ “Dan (Ingatlah) ketika Malaikat berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam.” Dalam Al-Qur'an, tidak ada nama seorang wanita yang disebut selain Maryam sa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, para malaikat berbicara kepada Maryam sa. Dalam dua ayat, Allah secara jelas menegaskan kesucian dan kehormatan Maryam sa. Selain itu, Maryam sa diperkenalkan sebagai Siddiqah , yang berarti sangat jujur. Allah dalam Al-Qur'an memerintahkan Maryam sa untuk beribadah dan menyebutnya sebagai bagian dari Qanitin. Para mufasir menjelaskan bahwa Qanitin merujuk pada mereka yang senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah. Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, seorang mufassir abad ke-7 Hijriah , dan Taqiyuddin Al-Subki, seorang ahli fikih dan hadis dari Ahlusunah di abad ke-8 Hijriah, percaya pada kenabian Maryam sa. Keyakinan mereka didasarkan pada fakta bahwa Allah menyampaikan wahyu kepada Maryam melalui malaikat, sebagaimana yang terjadi pada para nabi lainnya. Mereka juga menganggap keutamaan Maryam sa yang disebutkan dalam ayat 42 surah Ali ‘Imran sebagai salah satu bukti kenabiannya. Dalam teks-teks tasawuf, Maryam sa dianggap sebagai salah satu wali Allah dan sosok yang memiliki kedudukan Wilayah Khassah (kewalian khusus).

Riwayat Hidup

Al-Qur'an, berbeda dengan kitab suci lainnya, memulai kisah Maryam sa sejak sebelum kelahirannya. Ibunda Maryam sa sedang mengandung seorang anak dan menyangka bahwa anak tersebut adalah seorang laki-laki. Ia bernazar bahwa anaknya akan didedikasikan untuk Allah. Namun, bayi yang lahir ternyata seorang perempuan, berbeda dari sangkaannya. Meskipun demikian, ibunda Maryam tetap memenuhi nazarnya. Bayi perempuan itu diberi nama Maryam. Sesuai dengan nazar, Maryam sa dibawa ke Baitul Maqdis untuk mengabdi di tempat ibadah dan beribadah kepada Allah. Para ulama dan tokoh besar Bani Israil diminta untuk mengasuhnya. Maryam sa, putri Imran, berasal dari keluarga yang terhormat. Oleh karena itu, orang-orang berdebat satu sama lain bersaing untuk menjadi pengasuhnya. Akhirnya, melalui undian, Zakaria as yang pada saat itu belum memiliki anak, terpilih sebagai pengasuh Maryam sa. Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis. Di kalangan masyarakat, Maryam dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering mendapati makanan di dekat Maryam. Ketika ia bertanya tentang asal makanan tersebut, Maryam menjawab bahwa itu adalah pemberian dari Allah.

Kehamilan Maryam sa dan Kelahiran Isa

Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui proses kehamilan yang biasa. Al-Qur'an menggambarkan kehamilan Maryam dengan sebutan فَنَفَخْنا (Kami tiupkan), dan penciptaan Isa as dijelaskan serupa dengan penciptaan Adam (as) sebagai bentuk mukjizat. Kabar kehamilan Maryam sa disampaikan kepadanya oleh makhluk yang disebut Al-Qur'an dengan sebutan “Ruh”. Para mufassir meyakini bahwa yang dimaksud “Ruh” adalah Malaikat Jibril (as). Al-Qur'an tidak menjelaskan secara spesifik durasi kehamilan Maryam. Beberapa mufassir berpendapat bahwa kehamilan Maryam berlangsung selama sembilan bulan seperti wanita lainnya. Mereka beranggapan bahwa Allah ingin memuji Maryam sa dalam peristiwa ini dan jika lamanya masa kehamilan Maryam sa merupakan sebuah mukjizat, maka hal itu seharusnya disebutkan dalam ayat-ayat terkait. Ada juga kelompok yang percaya bahwa masa kehamilan Maryam juga bersifat mukjizat. Mereka menyebutkan bahwa periode kehamilan Maryam sa berlangsung selama satu jam. Orang-orang ini beralasan, karena dalam ayat-ayat tersebut, segera setelah kisah kehamilan Maryam sa disambung dengan kata penghubung (ف) yang menunjukkan makna urutan segera atau berkesinambungan, terhadap kisah proses kelahiran Isa as, maka dari itu masa kehamilannya berlangsung cepat dan bersifat mukjizat. Di samping itu, sebagian riwayat juga mendukung pendapat ini. Setelah kelahiran Isa as, Maryam sa kembali kepada kaumnya. Atas perintah Allah, ia menjalani puasa bicara. Namun, Bani Israil menuduhnya melakukan perbuatan tercela karena melahirkan anak tanpa ayah. Untuk membantah tuduhan ini, Allah membuat bayi Maryam (Isa as) berbicara, memperkenalkan dirinya, dan membela kesucian ibunya.

Keinginan Maryam Untuk Mati

Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam mengungkapkan keinginannya untuk mati dalam kondisi sulit saat melahirkan : “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” (Maryam/19:23) Muhammad Jawad Mughniyah, seorang mufassir Syiah kontemporer, menyatakan bahwa ungkapan seperti ini adalah wajar bagi siapa saja yang berada dalam kondisi sangat sulit, dan selama hal itu tidak didasarkan pada keraguan terhadap agama maka bukanlah masalah. Al-Qur'an hanya mencatat ucapan Maryam tanpa menjelaskan alasan spesifik di balik keinginannya untuk mati. Para mufasir memberikan beberapa alasan di balik keinginan Maryam sa ini :

  • Maryam sa terkenal sebagai seorang perempuan yang zuhud di tengah Bani Israil. Allah swt bahkan mengirimkan rezeki langsung dari surga untuknya. Dengan reputasi seperti ini, ia takut karena melahirkan anak tanpa suami serta menghadapi berbagai tuduhan dari kaumnya.
  • Maryam sa adalah seorang wanita yang selalu sibuk dalam ibadah serta jauh dari dunia dengan segala urusannya. Ia yang sampai saat itu terbebas dari segala bentuk tanggung jawab hidup yang serius, tiba-tiba mengalami kehamilan dan persalinan. Merasa sendirian dan tidak memiliki siapa pun dalam situasi ini membuatnya mengungkapkan keinginan untuk mati.

Catatan Kaki

Templat:CK