Imam Mahdi as Dalam Keyakinan Ahlusunah

Semakan 966 pada 00:04, 1 Mac 2025 oleh Abadiyuwono2014 (bincang | sumb.) (→‎Catatan Kaki)
(beza) ← Semakan terdahulu | Semakan semasa (beza) | Semakan berikutnya→ (beza)
Pertanyaan

Apakah Ahlusunah meyakini Imam Mahdi as? Siapakah yang mereka anggap sebagai juru selamat Islam?


Keyakinan akan kemunculan seorang penyelamat pada akhir zaman bukanlah suatu hal yang eksklusif bagi kalangan Syiah. Seluruh umat Islam meyakini bahwa Mahdi berasal dari keturunan Nabi dan merupakan keturunan Husain as, meskipun banyak dari Ahlusunah meyakini bahwa kelahirannya akan terjadi pada akhir zaman.

Banyaknya riwayat mengenai Imam Mahdi as dalam kitab-kitab hadis dan sumber-sumber otentik Ahlusunah menunjukkan betapa pentingnya riwayat-riwayat ini di kalangan ulama Ahlusunah. Dalam riwayat-riwayat tersebut, selain nama dan ciri-ciri sang penyelamat, beberapa karakteristik lainnya juga disebutkan. Di satu sisi, riwayat-riwayat tentang Mahdi bersifat mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang), dan di sisi lain, banyak ulama Ahlusunah telah mengakui keabsahan riwayat-riwayat tersebut. Kedua hal ini menunjukkan bahwa riwayat-riwayat tentang Mahdi diterima oleh Ahlusunah, dan klaim bahwa riwayat-riwayat tersebut palsu merupakan klaim yang tidak berdasar dan tidak diterima.

Perawi Hadis tentang Mahdi as

Banyak sahabat dan tabi'in yang meriwayatkan hadis-hadis tentang Imam Mahdi as. Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, seorang penulis kontemporer Ahlusunah dan dosen di Universitas Madinah, dalam sebuah artikel panjang berjudul "Aqidah Ahlusunah wal Atsar fi Al-Mahdi Al-Muntazhar," telah mengumpulkan nama-nama 26 sahabat yang meriwayatkan hadis tentang Imam Mahdi as: Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Hasan bin Ali, Ummu Salamah, Ummu Habibah, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr bin Ash, Abu Sa'id Al-Khudri, Jabir bin Abdullah dari kalangan sahabat, dan dari kalangan tabi'in seperti Muhammad bin Hanafiyah, Qatadah, Makhul, Sa'id bin Jubair, dan lain-lain.[1]

Seorang peneliti lain menyebutkan bahwa terdapat 33 sahabat yang meriwayatkan hadis tentang Mahdi. Selain nama-nama yang telah disebutkan di atas, dia juga menyebutkan nama-nama seperti Thalhah bin Abdullah, Abdullah bin Abbas, Ammar bin Yasir, Tsauban, Qarah bin Iyas Al-Muzani, Abdullah bin Harits, Abu Hurairah, Hudzaifah bin Yaman, Abu Umamah, Jabir bin Majah, Anas bin Malik, dan Imran bin Hushain.[2]

Oleh karena itu, persoalan Mahdawiyyah secara umum diterima di kalangan umat Islam, dan ulama besar Ahlusunah juga telah mengakui keabsahannya. Di antara mereka, kita dapat menyebut nama-nama seperti Abu Dawud, Ahmad bin Hanbal, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim, Nasa'i, Thabrani, Ruyani, Abu Nu'aim Al-Isfahani, Ad-Dailami, Al-Baihaqi, Al-Tsa'labi, Al-Hamuwaini, Al-Munawi, Ibnu Maghazili, Muhammad Al-Shabban, Al-Mawardi, Al-Kanji Al-Syafi'i, As-Sam'ani, Al-Khawarizmi, Al-Sya'rani, Al-Daraquthni, Ibnu Shabagh Al-Maliki, Al-Syablanji, Muhyiddin Al-Thabari, Ibnu Hajar Al-Haitami, Syaikh Manshur Ali Nashif, Muhammad bin Thalhah, Jalaluddin Al-Suyuthi, Syaikh Sulaiman Al-Hanafi, Al-Qurthubi, Al-Baghawi, dan lain-lain yang telah mencatat berita tentang Mahdi secara rinci dalam kitab-kitab mereka.[3]

Beberapa riwayat ini membahas mengenai nasab beliau, sebagian mengenai metode pemerintahan dan penyebaran keadilan, dan sebagian lainnya mengenai tanda-tanda serta peristiwa sebelum kemunculannya, serta hal-hal lain yang terkait dengan beliau.

Seorang peneliti menulis: "Tidaklah berlebihan jika kita menyatakan bahwa tidak ada seorang pun ahli hadis dari kalangan Muslim kecuali dia telah meriwayatkan beberapa hadis yang memberikan kabar gembira tentang kemunculan Imam Mahdi as pada akhir zaman."[4]

Penulis yang sama juga memberikan daftar lengkap beberapa halaman mengenai ulama dan ahli hadis Ahlusunah yang telah meriwayatkan hadis dan riwayat tentang Imam Mahdi as dalam kitab-kitab mereka.[5]

Ulama Ahlusunah dan Pengakuan atas Riwayat Mahdi as

Keabsahan hadis-hadis tentang Mahdi as telah diakui oleh banyak ulama besar Ahlusunah. Berdasarkan penelitian mendalam oleh Al-Amidi, jumlah ulama yang secara tegas mengakui keabsahan hadis-hadis tentang Mahdi as mencapai lebih dari 60 orang. Di sini, kami hanya menyebutkan beberapa nama di antaranya:

  • Imam Tirmidzi (W. 279 H); beliau menganggap riwayat-riwayat tentang Mahdi sebagai hasan dan sahih.
  • Hafiz Abu Ja'far Al-Uqaili (W. 322 H);
  • Hakim Naisaburi (W. 405 H);
  • Imam Baihaqi (W. 458 H);
  • Imam Baghawi (W. 510 H);
  • Al-Qurthubi Al-Maliki (W. 671 H);
  • Ibnu Taimiyah (W. 728 H); beliau menulis: "Hadis-hadis yang dia-yaitu Allamah al-Hilli-gunakan untuk membuktikan kebangkitan Mahdi adalah hadis-hadis yang sahih."
  • Hafiz Adz-Dzahabi (W. 748 H);
  • Hafiz Ibnu Qayyim (W. 751 H);
  • Al-Taftazani (W. 793 H);
  • Nuruddin Al-Haitsami (W. 807 H);
  • Al-Suyuthi (W. 911 H);
  • Al-Syaukani (W. 1250 H).[6]

Yang lebih menarik, ulama besar kontemporer Ahlusunah seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga menerima keabsahan riwayat-riwayat tentang Mahdi; sebagaimana yang dikisahkan oleh Ustadz Khosroshahi bahwa Syaikh bin Baz dalam sebuah ceramah tentang "Mahdi" berkata: "Saya mengetahui banyak hadis-hadis ini, dan di antaranya, sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaukani, Ibnu Qayyim, dan lainnya, saya menemukan hadis-hadis yang sahih, hasan (baik), dan dhaif yang diperkuat, serta berita-berita palsu. Namun, dari semua itu, apa yang sanadnya kuat sudah cukup bagi kita! Baik itu sendiri 'sahih' atau menjadi sahih karena sanad hadis lain, atau sendiri hasan, atau menjadi hasan karena sanad hadis lain. Demikian juga hadis-hadis dhaif jika diperkuat dan saling menguatkan, maka itu menjadi hujjah di mata ulama; oleh karena itu, mutawatir-nya dari segi keragaman lafaz, makna, banyaknya jalur, dan keragaman sumber diterima, dan ulama terpercaya telah memberikan pendapat tentang keabsahan dan kemutawatirannya, dan kami telah melihat bahwa ulama telah membuktikan banyak hal dengan kurang dari ini, dan yang benar adalah bahwa mayoritas ulama sepakat tentang keabsahan masalah Mahdi dan bahwa dia adalah benar dan akan muncul di akhir zaman. Jika ada ulama yang memiliki pendapat yang bertentangan dengan ini, pendapatnya tidak dianggap."[7]

Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, seorang ulama kontemporer Saudi yang telah melakukan penelitian mendalam tentang Mahdi as, mengatakan tentang hal ini dan motivasi karyanya: ::"Saya telah menulis baris-baris ini untuk menunjukkan kesalahan dan kekeliruan dia (salah satu ulama Qatar) dalam risalah itu, agar menjadi jelas bahwa banyak hadis sahih yang menunjukkan kemunculan Mahdi di akhir zaman, dan ulama masa lalu dan kontemporer Ahlusunah sepakat tentang hal ini; kecuali mereka yang telah menyimpang dari jalan kebenaran dan mengikuti pendapat yang aneh."[8]

Ulama Sunni ini telah melakukan penelitian mendalam tentang Mahdi Al-Muntazhar as dan membuktikan keabsahan riwayat-riwayat tentang Mahdi dan kemunculannya. Ustadz Khosroshahi telah menerbitkannya dalam bahasa Persia dengan judul "Mushlih Jahani wa Mahdi Muntazhar az Didgah-e Syiah wa Ahlusunah."

Kemutawatiran Hadis tentang Mahdi as dalam Sumber Ahlusunah

Dengan merujuk kepada kitab-kitab ulama hadis besar Ahlusunah, kita melihat bahwa mereka telah meriwayatkan banyak hadis tentang Imam Mahdi as dari Rasulullah saw dalam kitab-kitab mereka.[9] Sebenarnya, ulama hadis Ahlusunah dari masa ke masa telah sangat memperhatikan hadis-hadis tentang Imam Mahdi as dan mengumpulkannya baik dalam kitab-kitab hadis umum maupun khusus. Di antara ulama hadis terkenal Ahlusunah yang telah berusaha meriwayatkan hadis-hadis tentang Mahdi as adalah: Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Nasa'i dalam kitab "Sunan" mereka, Ahmad bin Hanbal dalam "Musnad," dan Hakim Naisaburi dalam kitab "Al-Mustadrak 'ala Ash-Shahihain." Beberapa ulama dan ahli hadis Ahlusunah lainnya seperti As-Suyuthi, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar, dan pemilik "Kanzul Ummal" juga telah menulis karya khusus dan terpisah tentang Imam Mahdi as.[10]

Sebanyak 17 ulama besar Ahlusunah telah secara tegas menyatakan bahwa hadis-hadis tentang Mahdi dalam kitab-kitab mereka bersifat mutawatir.[11] Al-Amidi, salah satu peneliti yang telah banyak bekerja dalam bidang ini, menulis: "Ulama ilmu dirayah dan beberapa orang yang memiliki keahlian dalam pengajaran atau penelitian ilmu hadis telah secara tegas menyatakan bahwa hadis-hadis tentang Mahdi dalam kitab-kitab Ahlusunah, seperti Shahih dan Musnad, bersifat mutawatir."[12] Kemudian beliau secara detail menyebutkan nama-nama dan pernyataan mereka. Di antara mereka, terdapat nama-nama besar seperti Al-Barbahari Al-Hanbali (W. 329 H), Muhammad bin Husain Al-Abri Al-Syafi'i (W. 363 H), Al-Qurthubi Al-Maliki (W. 671 H), Hafiz Jamaluddin Al-Mizi (W. 742 H), Ibnu Qayyim Al-Jauzi (W. 751 H), Syamsuddin Al-Sakhawi (W. 902 H), Al-Suyuthi (wafat 911 H), Ibnu Hajar Al-Haitami (W. 974 H), dan Al-Muttaqi Al-Hindi (W. 975 H), dan lain-lain.[13]

Perlu dicatat bahwa hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkatan sehingga mustahil bagi mereka untuk sepakat berbohong. Berita seperti ini biasanya memberikan kepastian. Sebaliknya, hadis ahad hanya memberikan dugaan.[14]

Contoh Pernyataan Ulama Ahlusunah tentang Kemutawatiran Berita Mahdi

  • Hafiz Abu Abdullah Al-Kanji Al-Syafi'i (W. 658 H) dalam kitab "Al-Bayan fi Akhbar Sahib az-Zaman" menulis: «"Hadis-hadis Nabi saw tentang Mahdi, karena banyaknya perawi, telah mencapai tingkat mutawatir."»[15]
  • Ibnu Hajar Al-Asqalani Al-Syafi'i (W. 852 H), dalam kitab "Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari," menulis: «"Ada hadis-hadis mutawatir yang menunjukkan bahwa Mahdi as berasal dari umat ini, dan Isa as akan turun dari langit dan shalat di belakangnya."»[16]
  • Syaikh Manshur Ali Nashif, seorang ulama besar kontemporer Al-Azhar dan penulis kitab "AlTaj al-Jami' li al-Ushul," menulis: «"Di antara ulama masa lalu dan sekarang, terkenal bahwa di akhir zaman pasti akan muncul seorang laki-laki dari Ahlul Bait Nabi yang namanya Mahdi. Dia akan menguasai semua negara Islam. Semua Muslim akan mengikutinya, dia akan berbuat adil di antara mereka, dan dia akan memperkuat agama. Kemudian Dajjal akan muncul, dan Isa Al-Masih akan turun dari langit dan membunuh Dajjal, atau bekerja sama dengan Mahdi dalam membunuh Dajjal. Sabda dan hadis Nabi tentang Mahdi telah diriwayatkan oleh sekelompok sahabat Nabi yang baik, dan ulama hadis besar seperti Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Thabrani, Abu Ya'la, Al-Bazzar, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Hakim Naisaburi telah meriwayatkan hadis-hadis tersebut dalam kitab-kitab mereka."»[17]

Contoh Riwayat tentang Mahdi (ajf) dalam Sumber-Sumber Ahlusunah

Janji tentang Kemunculan Sang Penyelamat

  • Dari Ummu Salamah diriwayatkan: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: «"Mahdi yang dijanjikan berasal dari keturunanku dan anak-anak Fatimah sa."»[18]
  • Imam Ali bin Abi Thalib as meriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau bersabda: «"Jika dunia hanya tersisa satu hari, Allah akan mengutus seorang laki-laki dari Ahlul Baitku untuk memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman."»[19]
  • Abu Sa'id Al-Khudri berkata: "Rasulullah saw bersabda: «"Mahdi kami memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Dia akan memerintah selama tujuh tahun."»[20]

Bagaimanapun, semua mazhab dalam agama Islam meyakini Imam Mahdi as dan kemunculannya di akhir zaman sebagai sang penyelamat. Namun, mengenai waktu kelahiran beliau, berbagai mazhab Islam memiliki pendapat yang berbeda. Ibnu Abi Al-Hadid, seorang ulama Ahlusunah, menulis tentang Imam Zaman: "Telah menjadi kesepakatan di antara semua Muslim bahwa usia dunia dan hukum-hukum syariat tidak akan berakhir kecuali setelah kemunculan Mahdi as."[21]

Perbedaan Pendapat antara Ahlusunah dan Syiah tentang Imam Zaman as

Tidak diragukan lagi bahwa semua mazhab Islam, baik Ahlusunah maupun Syiah, serta semua cabang yang berasal dari keduanya, meyakini Imam Zaman ajf dan kemunculannya di akhir zaman. Namun, mengenai apakah beliau saat ini masih hidup atau akan lahir di akhir zaman, terdapat perbedaan pendapat di antara mazhab-mazhab Islam. Perbedaan ini cukup mencolok di kalangan Ahlusunah, dan dapat dibagi menjadi dua poin:

Keyakinan bahwa Mahdi as Masih Hidup

Sebagian ulama Ahlusunah meyakini bahwa Imam Mahdi ajf telah lahir dan saat ini masih hidup, serta akan muncul di akhir zaman. Di antara yang berpendapat demikian adalah Hafiz Sulaiman bin Ibrahim Al-Qunduzi Al-Hanafi (1294 H), Syaikh Mu'min bin Hasan bin Mu'min Al-Syablanji Al-Syafi'i, Sibth Ibnu Al-Jauzi (654 H), Al-Kanji Al-Syafi'i (658 H), dan lainnya.

Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam Yanabi' al-Mawaddah menjelaskan secara rinci tentang ayah, ibu, dan proses kelahiran beliau berdasarkan riwayat Hakimah Khatun, putri Imam Jawad as.[22] Al-Syablanji dalam Nur al-Abshar,[23] Ibnu Al-Jauzi dalam Tadzkirat al-Khawash,[24] dan Al-Kanji Al-Syafi'i dalam Al-Bayan juga menyebutkan hal-hal serupa.[25]

Kelahiran di Akhir Zaman

Sebagian ulama Ahlusunah lainnya berpendapat bahwa Imam Mahdi ajf akan lahir di akhir zaman dan kemudian muncul.

Mayoritas ulama Ahlusunah termasuk dalam kelompok kedua ini, meskipun dalam riwayat-riwayat mereka sering disebutkan bahwa beliau berasal dari keturunan Nabi saw, Ali bin Abi Thalib as, Sayidah Fatimah sa, kemudian dari keturunan Imam Husain as, serta dari keturunan Imam Ridha as dan Imam Hasan Al-Askari as.[26] Namun, pada akhirnya mereka mengatakan bahwa beliau belum lahir.

Bacaan Lebih Lanjut

  • Imam-Imam Ahlul Bait as dalam Pandangan Ahlusunah, Dawud Al-Hamami.
  • Al-Imam Al-Mahdi 'inda Ahlusunah, Mahdi Faqih Imani.
  • Muntakhab al-Atsar, Ayatullah Shafi Golpayegani.

Catatan Kaki

  1. Ali Ridha Ali Nuri, Shenakht-e Hazrat Mahdi as, Qom, Zamzam Hidayat, cetakan ketiga, 1385 HS, halaman 28.
  2. Gholam Hasan Muharrami, Negareshi Tarikhi be Hayat-e Imam Zaman as, Qom, Partow Wilayat, cetakan kedua, 1392 HS, halaman 42.
  3. Lihat Ayatullah Shafi Golpayegani, Navid-e Amn wa Aman, Tehran, Darul Kutub Al-Islamiyah, halaman 91-92.
  4. Sayid Tsamir Hasyim Al-Amidi, Dar Intizar-e Qoqnoos, terjemahan Mahdi Alizadeh, Qom, Muassasah Imam Khomeini, cetakan pertama, 1379 HS, halaman 66.
  5. Lihat Dar Intizar-e Qoqnoos, halaman 66-68.
  6. Dar Intizar-e Qoqnoos, halaman 72-76.
  7. Sayid Hadi Khosroshahi, Mushlih Jahani wa Mahdi Muntazhar, Tehran, Penerbitan Ettela'at, cetakan kedua, 1374 HS, halaman 106.
  8. Mushlih Jahani wa Mahdi Muntazhar, halaman 113.
  9. Lihat Al-Amidi, op.cit., halaman 69.
  10. Shenakht-e Hazrat Mahdi as, halaman 28.
  11. Lihat Mahdi Pishva'i, Sireh-ye Pishvayan, Qom, Penerbitan Muassasah Imam Shadiq, cetakan kedelapan, 1378 HS, halaman 698.
  12. Dar Intizar-e Qoqnoos, halaman 76.
  13. Dar Intizar-e Qoqnoos, halaman 76-80.
  14. Syaikh Abdullah Mamaqani, Miqyas al-Hidayah fi Ilm ad-Dirayah, Qom, Muassasah Al-Bait li Ihya at-Turats, cetakan pertama, 1411 H, jilid 1, halaman 108-112.
  15. Al-Bayan fi Akhbar Sahib az-Zaman, Qom, Muassasah An-Nasyr Al-Islami, cetakan keenam, 1417 H, halaman 124.
  16. Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar al-Ma'rifah, jilid 6, halaman 493-494.
  17. At-Taj al-Jami' li al-Ushul, Kairo, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, cetakan kedua, jilid 5, halaman 310.
  18. Abu Dawud, Sunan, tahqiq Sa'id Muhammad Al-Lahham, Darul Fikr, cetakan pertama, 1410 H, jilid 2, halaman 310.
  19. Ibid.
  20. Ibid., halaman 208.
  21. Shafi Golpayegani, Luthfullah, Muntakhab al-Atsar, Tehran, Mansyurat Maktabah Shadr, tanpa tahun, halaman 3.
  22. Al-Qunduzi Al-Hanafi, Sulaiman bin Ibrahim, Yanabi' al-Mawaddah, Qom, Penerbitan Syarif Radhi, cetakan pertama, 1371 HS, jilid 2, halaman 464.
  23. Al-Syablanji Al-Syafi'i, Mu'min bin Hasan bin Mu'min, Nur al-Abshar, Beirut, Darul Jabil, 1409 H, halaman 342.
  24. Ibnu Al-Jauzi, Tadzkirat al-Khawash, Beirut, Muassasah Ahlul Bait, 1401 H, halaman 325.
  25. Al-Kanji Al-Syafi'i, Al-Bayan fi Akhbar Sahib az-Zaman ajf, Mansyurat Muassasah Al-Hadi lil Mathbu'at, 1399 H, halaman 148.
  26. Al-Juwaini, Ibrahim bin Muhammad, Fara'id as-Simthin, Beirut, Muassasah Al-Muhammadi lil Thiba'ah wan Nasyr, cetakan pertama, 1400 H, jilid 2, halaman 318, 320, 323, 329, dan 337.

Templat:تکمیل مقاله