Orang Yang Memandikan Dan Mengkafani Rasulullah Saw Menurut Sumber Ahlusunah
Soal: Ahlusunah mengklaim bahwa Abu Bakar bertanggung jawab atas persiapan dan pemakaman Nabi Muhammad saw dan pada saat itu Imam Ali as pingsan karena kesedihan yang mendalam. Apakah riwayat ini benar?"
Jawab:
Sumber-sumber terpercaya dari kalangan Ahlusunah menyatakan bahwa Imam Ali as lah yang secara langsung melakukan proses memandikan, mengkafani, menguburkan, dan memimpin shalat jenazah pertama untuk Nabi Muhammad saw. Dalam proses ini, beliau dibantu oleh paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib, serta putra-putra Abbas yaitu Qathan dan Fadhl. Para ulama dan sejarawan terkemuka Ahlusunah seperti Ibnu Hisyam dalam kitabnya 'Sirah Nabawiyyah', Ibnu Sa'ad dalam 'Tabaqat al-Kubra', dan Ibnu Katsir dalam 'Al-Bidayah wa al-Nihayah' secara tegas menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib-lah yang bertanggung jawab atas pemakaman Nabi Muhammad saw. Mereka juga mencantumkan nama-nama orang yang membantu Ali as dalam melaksanakan tugas suci ini. Dalam berbagai sumber tersebut, tidak ditemukan satupun nama Abu Bakar sebagai orang yang memandikan Nabi Muhammad saw."
Wasiat Nabi Muhammad saw
Dalam kitab Jam'iul-Ahādīth, Suyuthi meriwayatkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw sebelum wafat telah berwasiat agar Imam Ali bin Abi Thalib yang memandikan jenazah beliau. Hal ini menunjukkan kedekatan khusus dan kepercayaan Nabi Muhammad saw kepada Ali bin Abi Thalib."[1]
Memandikan Jenazah Nabi Muhammad saw Berdasarkan Sumber Ahlusunah
Ibnu Sa’d, seorang sejarawan dan penulis biografi terkemuka yang dikenal dengan sebutan Katib Waqidi, dalam karya monumental At-Tabaqat al-Kubra mengisahkan sebuah riwayat dari Ka'b al-Ahbar. Diceritakan bahwa Ka'ab al-Ahbar bertanya kepada Khalifah Umar bin Khattab mengenai pesan terakhir Nabi Muhammad saw saat menjelang wafat. Umar menunjuk kepada Ali bin Abi Thalib as seraya berkata, “Tanyakan kepadanya.”Ali bin Abi Thalib as menjawab: "Saat kepala Rasulullah saw bersandar di bahuku, beliau terus-menerus berpesan, "As-shalah, as-shalah" (jaga salat, jaga salat)..." Ka'b kemudian bertanya, “Siapakah yang memandikan jenazah Rasulullah saw?” Umar kembali menjawab, “Tanyakan kepada Ali.” Ali bin Abi Thalib as menjelaskan: "Akulah yang memandikan jenazah Rasulullah saw. Abbas duduk di dekatku, sementara Usamah bin Zaid, salah seorang sahabat beliau, dan Syuqran, budak Nabi yang setia, menuangkan air untuk pemulasaraan.”[2]
Ibn Hisyam, seorang sejarawan abad ketiga Hijriah dan penyusun kitab paling terkenal tentang sirah Nabi Muhammad saw, melaporkan bahwa orang-orang yang memandikan jenazah Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid, Syuqran (budak Nabi yang saleh), serta Aus bin Khawli, seorang sahabat dari golongan Anshar.
Ibn Hisyam menggambarkan proses memandikan tersebut sebagai berikut: Ali bin Abi Thalib as meletakkan jenazah Nabi saw di dadanya, sementara Abbas, paman Nabi, bersama kedua putranya, Fadhl dan Qutsam, membantu menggerakkan jenazah ke kanan dan ke kiri. Usamah dan Syuqran menuangkan air, sedangkan Ali memandikan jenazah Nabi saw dari bawah pakaian beliau.
Dalam sebuah riwayat yang dikutip oleh al-Suyuthi, disebutkan bahwa Fadhl mengangkat tubuh Nabi saw agar Imam Ali dapat memandikan beliau. Selain itu, beberapa riwayat juga mencatat kehadiran malaikat Jibril di antara para pemandi jenazah Nabi saw.
Pemakaman Nabi Muhammad saw dalam Sumber-Sumber Ahlusunah
Ibnu Hisyam, seorang sejarawan terkenal, menyatakan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas pemakaman Nabi Muhammad saw adalah Ali bin Abi Thalib as, Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas (putra-putra Abbas, paman Nabi), serta Syuqran, budak Nabi yang setia. Mereka adalah individu yang turun langsung ke dalam liang lahat untuk memakamkan Nabi saw. [6]
Ibn Atsir al-Jazari dalam Usud al-Ghabah [7], Ibn Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah [8], dan al-Baihaqi dalam Dala'il an-Nubuwwah [9] semuanya mengonfirmasi bahwa tidak ada seorang pun yang terlibat dalam proses pemakaman Nabi saw selain Ali bin Abi Thalib as dan sahabat-sahabat beliau yang mendampinginya. Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan bahwa pemakaman Nabi saw dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang sangat dekat dengan beliau. Mereka adalah orang-orang yang memainkan peran penting dalam menyelesaikan proses pemakaman sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Nabi.
Al-Thabari (w. 310 H), sejarawan terkemuka dari kalangan Ahlusunah, dalam karyanya Tarikh al-Umam wa al-Muluk mencatat bahwa terjadi perbedaan pendapat mengenai lokasi pemakaman Nabi Muhammad saw. Sebagian mengusulkan untuk memakamkan beliau di Baqi', sebagian lainnya menyarankan untuk memakamkan beliau di samping masjid, sementara ada pula yang mengusulkan agar beliau dimakamkan di rumah beliau. Akhirnya, diputuskan bahwa jenazah Nabi saw akan dimakamkan di kamar tempat beliau wafat.
Proses persiapan makam Nabi saw dilakukan oleh Abu Ubaidah al-Jarrah, seorang sahabat Nabi, dan Abu Talhah al-Ansari, seorang sahabat dari kalangan Anshar. Adapun pelaksanaan pemakaman itu sendiri dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib as, dengan bantuan Abbas, paman Nabi, serta kedua putranya, Fadhl dan Qutsam. [10]
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa sumber Ahlusunah, Abu Bakar mengutip sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa para nabi dimakamkan di tempat mereka wafat. Berdasarkan hal ini, Abu Talhah, salah seorang sahabat Nabi, mempersiapkan makam Nabi di kamar tempat beliau menghembuskan nafas terakhir. [9] Namun, dalam riwayat yang disampaikan oleh al-Tabarani, dikisahkan bahwa Ali bin Abi Thalib as, bersama dengan Ibn Abbas dan Abu Bakar, turut serta dalam proses pemakaman Nabi saw. [11]
Pelaksanaan Salat Atas Jenazah Nabi Muhammad Saw dalam Sumber Ahlusunah
Sumber-sumber Ahlusunah juga mencatat bahwa Ali bin Abi Thalib as merupakan orang pertama yang melaksanakan salat atas jenazah Nabi Muhammad saw. Setelah itu, para sahabat dan pengikut Nabi SAW melaksanakan salat atas jenazah beliau secara bergiliran. Ibnu Katsir, seorang sejarawan Ahlusunah, meriwayatkan bahwa Nabi saw berwasiat agar jenazah beliau dimandikan dan dikafani oleh para pria dari keluarga beliau, kemudian mereka melaksanakan salat atas jenazah beliau. Setelah itu, umat Islam lainnya, dimulai dengan para pria, melaksanakan salat atas Nabi saw, diikuti oleh kaum wanita. [12]
Menurut laporan sumber-sumber Ahlus Sunnah, salat atas jenazah Nabi saw dilakukan secara individu, di mana setiap kelompok yang terdiri dari sepuluh orang bergiliran untuk masuk dan melaksanakan salat di samping jenazah Nabi saw. [13] Selain itu, beberapa sumber Ahlusunah juga mengisahkan bahwa para malaikat, termasuk Jibril, turut melaksanakan salat atas jenazah Nabi Muhammad saw. [14]