Sombong

Semakan 225 pada 02:31, 4 Disember 2024 oleh Abadiyuwono2014 (bincang | sumb.) (Mencipta laman baru dengan kandungan ''''Soal''' : Apa sombong itu? '''Jawab''': Kesombongan atau keangkuhan adalah sikap membesarkan diri dibandingkan orang lain dan merendahkan mereka, baik melalui ucapan maupun perilaku. Kesombongan sering kali berakar pada perasaan hina dan rendah diri, serta pengaruh setan yang menguasai manusia. Untuk mengatasinya, dianjurkan untuk mengenali diri sendiri, mengingat kematian, dan memperkuat rasa harga diri. Kadang kala, kesombongan ditujukan kepada...')
(beza) ← Semakan terdahulu | Semakan semasa (beza) | Semakan berikutnya→ (beza)

Soal : Apa sombong itu?

Jawab: Kesombongan atau keangkuhan adalah sikap membesarkan diri dibandingkan orang lain dan merendahkan mereka, baik melalui ucapan maupun perilaku. Kesombongan sering kali berakar pada perasaan hina dan rendah diri, serta pengaruh setan yang menguasai manusia. Untuk mengatasinya, dianjurkan untuk mengenali diri sendiri, mengingat kematian, dan memperkuat rasa harga diri.

Kadang kala, kesombongan ditujukan kepada Allah, yang dianggap sebagai bentuk kesombongan paling buruk. Ada juga kesombongan terhadap para nabi dan wali Allah, di mana seseorang merasa dirinya lebih tinggi dari mereka dan enggan untuk menaati mereka.

Definisi

Kibr didefinisikan sebagai sikap merasa diri lebih unggul dibandingkan orang lain,[1] sedangkan takabbur adalah manifestasi dari sikap tersebut yang tampak dalam ucapan dan perilaku. Selama perasaan superioritas ini hanya tersimpan dalam hati tanpa diekspresikan, hal tersebut disebut kibr. Namun, ketika perasaan ini diwujudkan dalam bentuk ucapan atau tindakan yang merendahkan orang lain, maka disebut takabbur.[2] Dalam bahasa Persia, istilah ghurur (kesombongan) dan takabbur sering digunakan secara sinonim dengan makna yang serupa. Namun, dalam bahasa Arab, kata ghurur memiliki arti "penipuan" yang berbeda dari makna takabbur.

Perbedaan dengan Ujub

Lihat juga: Ujub Ujub atau rasa kagum pada diri sendiri berarti sikap bangga terhadap diri sendiri.[3] Orang yang memiliki ‘ujb memandang dirinya sebagai sosok yang besar atau penting, tetapi tidak selalu merasa lebih unggul dibandingkan orang lain.[4] Sebaliknya, orang yang sombong (mutakabbir) tidak hanya memandang dirinya lebih tinggi, tetapi juga merendahkan orang lain.[5]

Perbedaan Sifat Sombong Manusia dan Tuhan

Lihat juga: Makna Tuhan sebagai Al-Mutakabbir Sifat kesombongan (takabbur) pada Tuhan dan manusia berbeda berdasarkan asal-usulnya. Kesombongan Tuhan berakar pada ilmu, kekuasaan, dan kebijaksanaan-Nya yang mutlak dan sempurna. Sebaliknya, kesombongan manusia bersumber dari kelemahan, kebodohan, serta rasa rendah diri. Menurut sebuah riwayat dari Imam Shadiq (a), penyebab utama kesombongan pada manusia adalah perasaan hina dan rendah yang ia rasakan dalam dirinya sendiri.[6] Untuk menutupi kekurangan tersebut, manusia seringkali menunjukkan kesombongan dan mengklaim kedudukan atau keistimewaan yang sebenarnya tidak ia miliki.

Kedudukan

Dalam Al-Qur'an, terdapat pembahasan mengenai kesombongan dan orang yang sombong. Sebagai contoh, dalam ayat ﴿كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ؛ Demikianlah, Allah menutup hati setiap orang yang sombong dan zalim dengan segel [kehinaan].﴾ (Ghafir: 35), disebutkan mengenai orang yang sombong. Selain itu, dalam ayat 34 Surah Al-Baqarah, juga diungkapkan tentang kesombongan Iblis ketika Allah memerintahkan Nabi Adam (a) untuk bersujud kepadanya. Kesombongan dianggap sebagai dosa pertama yang terjadi di dunia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ali (a) dalam khutbah Qash'ah, kesombongan Iblis menyebabkan seluruh ibadahnya selama enam ribu tahun menjadi batal.[7] Dalam riwayat lain, kesombongan juga dianggap sebagai dosa terbesar.[8]

Jenis-jenis Kesombongan

Kesombongan memiliki beberapa jenis, di antaranya: 1. Kesombongan terhadap Allah: Kadang-kadang kesombongan terjadi terhadap Allah, yang berarti seseorang tidak mengakui kewajiban untuk menyembah Allah dan tidak menganggap ibadah sebagai hak Allah semata. Sebagai contoh, kesombongan yang dimiliki oleh Namrud dan Firaun. Penyebab kesombongan ini adalah kedurhakaan dan kebodohan, dan ini dianggap sebagai bentuk kesombongan yang paling buruk.[9][10] 2. Kesombongan terhadap Nabi dan Wali-wali Allah: Kadang-kadang kesombongan juga ditujukan kepada para nabi dan wali Allah, di mana seseorang merasa dirinya lebih tinggi dari mereka dan tidak mau mengikuti mereka. Hal ini disebutkan dalam ayat ﴿فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَیْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ؛ Dan mereka berkata: "Apakah kami harus beriman kepada dua manusia yang seperti kami, sementara kaum mereka menyembah kami?"﴾ (Al-Mu'minun: 47), yang mengacu pada jenis kesombongan ini. 3. Kesombongan terhadap Hamba-hamba Allah: Kesombongan juga dapat terjadi terhadap sesama orang beriman dan hamba-hamba Allah. Dalam hal ini, seseorang merasa dirinya lebih besar dan merendahkan orang lain. Jenis kesombongan ini, karena dapat berujung pada penentangan terhadap perintah Allah, dianggap sebagai sifat yang dapat menghancurkan manusia.[11][12] Faktor-faktor Penyebab Kesombongan Beberapa faktor yang menyebabkan kesombongan antara lain adalah gangguan pada kepribadian, ketidaktahuan tentang kelemahan diri, dan pengaruh setan terhadap manusia. Perasaan hina dan rendah diri merupakan salah satu gangguan kepribadian yang dapat mendorong seseorang untuk merasa sombong. Cara Mengatasi Kesombongan Terdapat berbagai cara untuk mengatasi kesombongan, di antaranya adalah: 1. Pengenalan Diri[13]

2. Mengingat Kematian[14]

3. Ibadah[15]

4. Kerendahan Hati (Tawadhu')[16]

5. Memahami Akibat dari Kesombongan

6. Menguatkan Harga Diri

Mengenali kelemahan diri, terutama dalam konteks kelahiran dan kematian, dapat menghilangkan kesombongan dalam diri seseorang.[17] Ibadah, sebagai bentuk kerendahan hati kepada Allah, juga dapat melemahkan rasa sombong.[15] Salah satu penyebab kesombongan adalah perasaan rendah diri, dan untuk mengatasinya, penguatan harga diri sangat penting.

Kesombongan Pada Wanita

Dalam sebuah riwayat dari Imam Ali as kesombongan wanita di hadapan laki-laki yang bukan mahram dianggap baik. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan dan martabat wanita, serta melindunginya dari potensi bahaya. Kesombongan yang dimaksud di sini bukan untuk merendahkan orang lain, tetapi untuk menjaga diri agar tidak dijadikan objek kesenangan semata. Namun, kesombongan yang berupa merendahkan orang lain, baik oleh pria maupun wanita, tidak diperbolehkan dan dianggap sebagai dosa.

Catatan Kaki

Templat:CK