Pentingnya Mengenal Tuhan
Soal: Mengapa mengenal Tuhan itu penting dan diperlukan? Apa konsekuensi jika tidak mengenal Tuhan?
Jawab:
Para teolog (mutakallimun) dalam membahas kebutuhan untuk mengenal Tuhan merujuk pada dua alasan: (1) memperhatikan kemungkinan siksa akhirat jika para nabi berkata benar (menghindari kerugian yang mungkin terjadi), dan (2) kewajiban bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan kepada manusia, yang hanya mungkin dilakukan dengan mengenal-Nya (kewajiban bersyukur kepada pemberi nikmat). Selain itu, perhatian manusia sepanjang sejarah terhadap Tuhan, serta kecenderungan alami manusia untuk mengenal sumber keberadaan, semakin meningkatkan pentingnya mengenal Tuhan.
Pentingnya Mengenal Tuhan
Mengenal sumber keberadaan selalu menjadi salah satu perhatian utama manusia, dan sebagian besar sumber-sumber agama telah menjelaskan Tuhan serta hubungan-Nya dengan manusia dan alam semesta.
Pentingnya mengenal Tuhan juga dapat dilihat dari dampaknya dalam kehidupan individu dan kolektif manusia. Tidak diragukan lagi bahwa kehidupan seorang yang mengenal Tuhan berbeda secara mendasar dengan kehidupan seseorang yang tidak percaya pada keberadaan Tuhan. Selain itu, dengan membandingkan kehidupan dua orang yang percaya Tuhan tetapi memiliki gambaran yang berbeda tentang Tuhan, perbedaan mendasar akan terlihat. Hal ini terjadi karena keyakinan seseorang terhadap Tuhan dan pemahamannya tentang sifat-sifat Tuhan memengaruhi berbagai aspek kehidupannya, termasuk motivasi, niat, penilaian, dan perbuatannya. Singkatnya, keyakinan ini memberikan makna dan tujuan khusus dalam hidupnya serta membentuk kepribadian dan identitas yang unik.
Kebutuhan untuk Mengenal Tuhan
Tingkat tertentu dari pengetahuan tentang Tuhan telah tertanam secara alami dalam diri manusia. Pengetahuan alami ini hanya menciptakan landasan bagi pertumbuhan dan peningkatan pengetahuan manusia tentang Tuhan. Namun, para teolog Islam untuk lebih menekankan pentingnya mengenal Tuhan, telah mengemukakan argumen-argumen tentang perlunya merenung dan mengenal Tuhan.[1]
Menghindari Kerugian yang Mungkin Terjadi
Setiap orang yang mengetahui tentang kemunculan nabi-nabi ilahi dan seruan mereka untuk menyembah Tuhan akan memiliki kemungkinan dalam pikirannya bahwa jika para nabi benar dalam seruan mereka, maka orang tersebut akan mengalami hukuman dan siksaan karena tidak menjalankan kewajiban yang dibawa oleh para nabi. Hal ini akan menyebabkan kerugian besar baginya. Di sisi lain, akal dan nalar manusia memerintahkan untuk menghindari kerugian atau hukuman sebisa mungkin, bahkan jika kemungkinannya hanya sekecil apa pun.
Oleh karena itu, setiap orang memiliki kemungkinan untuk dihukum karena tidak mengikuti agama], dan karena akal mengharuskan untuk mencegah kerugian akibat kekafiran, maka akal memerintahkan manusia untuk meneliti dan merenungkan keberadaan Tuhan serta sifat-sifat-Nya. Dengan demikian, jika Tuhan benar-benar ada dan seruan para nabi adalah benar, manusia dapat menyelamatkan dirinya dari siksa ilahi dengan mengikuti ajaran mereka.
Kewajiban Bersyukur kepada Pemberi Nikmat
Tidak diragukan lagi bahwa manusia dalam kehidupannya menikmati banyak nikmat. Di sisi lain, akal manusia menganggap bersyukur kepada "pemberi nikmat" sebagai hal yang wajib. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur kepada pemberi nikmat, dan karena bersyukur kepada suatu keberadaan bergantung pada mengenalnya, akal manusia memerintahkan untuk mengambil langkah dalam mengenal pemberi nikmat sejati, yaitu Tuhan.
Catatan Kaki
Daftar Pustaka
- ↑ Dalam beberapa sumber teologis, topik ini dibahas secara umum dengan judul "Wujub al-Nazar" (kewajiban berpikir). Menurut teolog Imamiyah dan Mu'tazilah, kewajiban ini bersifat rasional, sedangkan Asy'ariyah menganggap kewajiban ini bersifat syar'i. Lihat: Allamah Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 260–261; al-Suyuri, Jamaluddin Miqdad bin Abdullah (Fadhil Miqdad), Irsyad al-Thalibin ila Nahj al-Mustarsyidin, hlm. 111–113.