Pergi ke kandungan

Memohon Ampunan Untuk Orang Lain: Perbezaan antara semakan

Daripada WikiPasokh
Abadiyuwono2014 (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Abadiyuwono2014 (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
Apakah Nabi Muhammad saw beristighfar (memohon ampunan) untuk orang lain dalam Al-Qur'an?{{question end}}
Apakah Nabi Muhammad saw beristighfar (memohon ampunan) untuk orang lain dalam Al-Qur'an?{{question end}}
{{answer}}  
{{answer}}  
Allah, dalam Surah An-Nur, memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk memohonkan ampunan bagi orang lain. Dalam ayat-ayat lain, Nabi juga diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi laki-laki dan perempuan yang beriman, serta orang-orang yang berdosa. Namun, Al-Qur'an menjelaskan bahwa memohon ampun bagi orang munafik tidak akan ada gunanya. Meski begitu, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah tetap akan mengampuni mereka.
[[Allah]], dalam [[Surah An-Nur]], memerintahkan [[Nabi Muhammad saw]] untuk memohonkan ampunan bagi orang lain. Dalam ayat-ayat lain, Nabi juga diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi [[Laki-laki dan perempuan yang beriman|laki-laki dan perempuan yang beriman]], serta [[Orang-orang yang berdosa|orang-orang yang berdosa]]. Namun, [[Al-Qur'an]] menjelaskan bahwa memohon ampun bagi orang munafik tidak akan ada gunanya. Meski begitu, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah tetap akan mengampuni mereka.
Para mufasir memandang permohonan ampun Nabi Muhammad saw bagi orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang beliau terhadap mereka. Syekh Thusi menafsirkan bahwa istighfar Nabi untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang membawa ampunan Allah kepada mereka. Ayat-ayat ini juga menjadi penguat konsep syafaat.


Menurut Al-Qur'an, para nabi lain seperti Ibrahim as, Ya'qub as, dan Musa as juga memohonkan ampun bagi orang lain, termasuk untuk orang-orang beriman dan beberapa anggota keluarga mereka. Selain itu, Al-Qur'an juga menyebutkan istighfar para malaikat untuk manusia, serta istighfar antar sesama orang beriman.
Para mufasir memandang permohonan ampun Nabi Muhammad saw bagi orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang beliau terhadap mereka. [[Syekh Thusi]] menafsirkan bahwa istighfar Nabi untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang membawa ampunan Allah kepada mereka. Ayat-ayat ini juga menjadi penguat konsep [[Syafaat|syafaat]].


==Istighfar Nabi saw Untuk Orang Lain==
Menurut Al-Qur'an, para nabi lain seperti [[Ibrahim as]], [[Ya'qub as]], dan [[Musa as]] juga memohonkan ampun bagi orang lain, termasuk untuk orang-orang beriman dan beberapa anggota keluarga mereka. Selain itu, Al-Qur'an juga menyebutkan [[istighfar]] para malaikat untuk manusia, serta istighfar antar sesama orang beriman.
Allah dalam Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk memohon ampunan bagi orang lain: "Istighfar lah bagi mereka kepada Allah; mohonkan ampunan untuk mereka" (An-Nur: 62). Nabi juga dianjurkan untuk memohonkan ampunan bagi orang yang beriman baik kaum laki-laki maupun perempuan [1], orang-orang berdosa [2], dan perempuan yang berbai'at dengan Nabi [3].


Dalam ayat lain, disebutkan bahwa istighfar Nabi saw untuk orang munafik tidak berguna [4], karena mereka tidak percaya pada istighfar [5]. Namun, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah akan mengampuni mereka [6].
== Istighfar Nabi saw Untuk Orang Lain ==
Para mufasir memandang istighfar Nabi saw untuk orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang Nabi saw terhadap mereka [7]. Syekh Thusi (385–460 H) menafsirkan bahwa istighfar Nabi saw untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang akan membawa ampunan Allah [8]. Ayat-ayat ini juga menguatkan konsep syafaat [9].
[[Allah]] dalam [[Al-Qur'an]] memerintahkan [[Nabi Muhammad saw]] untuk memohon ampunan bagi orang lain: {{quran|اسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ|translation=mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.|sura=An-Nur|verse=62}}. Nabi juga dianjurkan untuk memohonkan ampunan bagi orang yang beriman baik kaum laki-laki maupun perempuan<ref>Surat Muhammad, Ayat 19.</ref>, [[orang-orang berdosa]]<ref>Surat Ali Imran, Ayat 159.</ref>, dan perempuan yang berbai'at dengan Nabi.<ref>Surat Al-Mumtahanah, Ayat 12.</ref> Dalam ayat lain, disebutkan bahwa istighfar Nabi saw untuk [[orang munafik]] tidak berguna<ref>Surat At-Taubah, Ayat 80 dan 113. Surat Al-Munafiqun, Ayat 5 dan 6.</ref>, karena mereka tidak percaya pada istighfar.<ref>Surat Al-Fath, Ayat 11.</ref> Namun, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah akan mengampuni mereka.<ref>Surat An-Nisa, Ayat 60.</ref>
 
Para mufasir memandang istighfar Nabi saw untuk orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang Nabi saw terhadap mereka. Ayat-ayat ini juga menguatkan konsep [[Syafaat|syafaat]].<ref>Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Tafsir Jawami' al-Jami', Terjemah: Ahmad Amiri Syadmehri, Masyhad, Bunyad Pazyuhesyha-ye Islami Astan Quds Razavi, 1375 HS, Jilid 1, hlm. 560.</ref> [[Syekh Thusi]] (385–460 H) menafsirkan bahwa istighfar Nabi saw untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang akan membawa ampunan [[Allah]].<ref>Thusi, Muhammad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Cetakan Pertama, Jilid 7, hlm. 466.</ref>


==Istighfar Para Nabi untuk Orang Lain==
==Istighfar Para Nabi untuk Orang Lain==
Al-Qur'an menyebutkan istighfar Nabi-nabi as untuk orang lain dan orang-orang di sekitar mereka:
[[Al-Qur'an]] menyebutkan istighfar Nabi-nabi as untuk orang lain dan orang-orang di sekitar mereka:
# Nabi Ibrahim as: Memohon ampunan untuk ayahnya (atau pamannya) kepada Allah [11].
# [[Nabi Ibrahim as]]: Memohon ampunan untuk ayahnya (atau pamannya) kepada Allah.<ref>Surat Al-Mumtahanah, Ayat 4.</ref>
# Nabi Musa as: Memohon ampunan untuk saudaranya [12] dan meminta pengampunan untuk sebagian Bani Israil [13].
# [[Nabi Musa as]]: Memohon ampunan untuk saudaranya<ref>Surat Al-A'raf, Ayat 151.</ref> dan meminta pengampunan untuk sebagian [[Bani Israil]].<ref>Surat Al-A'raf, Ayat 155.</ref>
# Nabi Nuh as: Memohon ampunan untuk anaknya, tetapi tidak dikabulkan oleh Allah [14]. Juga memohonkan ampunan untuk ayah, ibu, dan beberapa laki-laki serta perempuan beriman [15].
# [[Nabi Nuh as]]: Memohon ampunan untuk anaknya, tetapi tidak dikabulkan oleh Allah.<ref>Surat Hud, Ayat 45–47.</ref> Juga memohonkan ampunan untuk ayah, ibu, dan beberapa laki-laki serta perempuan beriman.<ref>Surat Nuh, Ayat 28.</ref>
# Nabi Ya'qub as: Memohon ampunan untuk anak-anaknya [16].
# [[Nabi Ya'qub as]]: Memohon ampunan untuk anak-anaknya.<ref>Surat Yusuf, Ayat 97–98.</ref>


==Istighfar Malaikat Untuk Orang-orang Beriman==
==Istighfar Malaikat Untuk Orang-orang Beriman==
Istighfar malaikat untuk hamba-hamba yang beriman disebutkan dalam dua surah Al-Qur'an:
Istighfar malaikat untuk hamba-hamba yang beriman disebutkan dalam dua surah Al-Qur'an:  
* Istighfar malaikat untuk orang-orang beriman: "Malaikat yang memegang Arsy... mereka bertasbih dan memuji Tuhan mereka, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman." [17]
* Istighfar malaikat untuk orang-orang beriman: {{quran||translation=Malaikat yang memegang Arsy... mereka bertasbih dan memuji Tuhan mereka, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman.}}<ref>Surat Ghafir, Ayat 7.</ref>
* Istighfar malaikat untuk penghuni bumi: "Dan malaikat... memohonkan ampunan bagi mereka yang ada di bumi." [18]
* Istighfar malaikat untuk penghuni bumi: {{quran||translation=Dan malaikat... memohonkan ampunan bagi mereka yang ada di bumi.}}<ref>Surat Asy-Syura, Ayat 5.</ref>
Istighfar Orang-orang Beriman untuk Sesama
Istighfar Orang-orang Beriman untuk Sesama
Beberapa umat Muslim berdoa untuk diri mereka sendiri dan saling memohonkan ampunan [19]. Para mufasir menjelaskan bahwa ayat ini berlaku umum untuk semua Muslim [20]. Imam Ali as juga memohonkan ampunan untuk orang lain [21].
Beberapa umat Muslim berdoa untuk diri mereka sendiri dan saling memohonkan ampunan.<ref>Surat Al-Hasyr, Ayat 10.</ref> Para mufasir menjelaskan bahwa ayat ini berlaku umum untuk semua Muslim.<ref>Makarem Syirazi, Naser, Tafsir Nemuneh, Teheran, Penerbit Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1374 HS, Jilid 23, hlm. 522.</ref> [[Imam Ali as]] juga memohonkan ampunan untuk orang lain.<ref>Nahj al-Balaghah, Khutbah 197.</ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==

Semakan pada 19:58, 8 Februari 2025

Pertanyaan
Apakah Nabi Muhammad saw beristighfar (memohon ampunan) untuk orang lain dalam Al-Qur'an?

Allah, dalam Surah An-Nur, memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk memohonkan ampunan bagi orang lain. Dalam ayat-ayat lain, Nabi juga diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi laki-laki dan perempuan yang beriman, serta orang-orang yang berdosa. Namun, Al-Qur'an menjelaskan bahwa memohon ampun bagi orang munafik tidak akan ada gunanya. Meski begitu, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah tetap akan mengampuni mereka.

Para mufasir memandang permohonan ampun Nabi Muhammad saw bagi orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang beliau terhadap mereka. Syekh Thusi menafsirkan bahwa istighfar Nabi untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang membawa ampunan Allah kepada mereka. Ayat-ayat ini juga menjadi penguat konsep syafaat.

Menurut Al-Qur'an, para nabi lain seperti Ibrahim as, Ya'qub as, dan Musa as juga memohonkan ampun bagi orang lain, termasuk untuk orang-orang beriman dan beberapa anggota keluarga mereka. Selain itu, Al-Qur'an juga menyebutkan istighfar para malaikat untuk manusia, serta istighfar antar sesama orang beriman.

Istighfar Nabi saw Untuk Orang Lain

Allah dalam Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk memohon ampunan bagi orang lain: ﴾اسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ؛ mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.﴿(An-Nur:62). Nabi juga dianjurkan untuk memohonkan ampunan bagi orang yang beriman baik kaum laki-laki maupun perempuan[1], orang-orang berdosa[2], dan perempuan yang berbai'at dengan Nabi.[3] Dalam ayat lain, disebutkan bahwa istighfar Nabi saw untuk orang munafik tidak berguna[4], karena mereka tidak percaya pada istighfar.[5] Namun, jika mereka bertobat dan Nabi memohonkan ampunan untuk mereka, Allah akan mengampuni mereka.[6]

Para mufasir memandang istighfar Nabi saw untuk orang lain sebagai bukti kesempurnaan kasih sayang Nabi saw terhadap mereka. Ayat-ayat ini juga menguatkan konsep syafaat.[7] Syekh Thusi (385–460 H) menafsirkan bahwa istighfar Nabi saw untuk umatnya merupakan bentuk kebaikan yang akan membawa ampunan Allah.[8]

Istighfar Para Nabi untuk Orang Lain

Al-Qur'an menyebutkan istighfar Nabi-nabi as untuk orang lain dan orang-orang di sekitar mereka:

  1. Nabi Ibrahim as: Memohon ampunan untuk ayahnya (atau pamannya) kepada Allah.[9]
  2. Nabi Musa as: Memohon ampunan untuk saudaranya[10] dan meminta pengampunan untuk sebagian Bani Israil.[11]
  3. Nabi Nuh as: Memohon ampunan untuk anaknya, tetapi tidak dikabulkan oleh Allah.[12] Juga memohonkan ampunan untuk ayah, ibu, dan beberapa laki-laki serta perempuan beriman.[13]
  4. Nabi Ya'qub as: Memohon ampunan untuk anak-anaknya.[14]

Istighfar Malaikat Untuk Orang-orang Beriman

Istighfar malaikat untuk hamba-hamba yang beriman disebutkan dalam dua surah Al-Qur'an:

  • Istighfar malaikat untuk orang-orang beriman: Malaikat yang memegang Arsy... mereka bertasbih dan memuji Tuhan mereka, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman.﴿[15]
  • Istighfar malaikat untuk penghuni bumi: Dan malaikat... memohonkan ampunan bagi mereka yang ada di bumi.﴿[16]

Istighfar Orang-orang Beriman untuk Sesama Beberapa umat Muslim berdoa untuk diri mereka sendiri dan saling memohonkan ampunan.[17] Para mufasir menjelaskan bahwa ayat ini berlaku umum untuk semua Muslim.[18] Imam Ali as juga memohonkan ampunan untuk orang lain.[19]

Catatan Kaki

Templat:CK

  1. Surat Muhammad, Ayat 19.
  2. Surat Ali Imran, Ayat 159.
  3. Surat Al-Mumtahanah, Ayat 12.
  4. Surat At-Taubah, Ayat 80 dan 113. Surat Al-Munafiqun, Ayat 5 dan 6.
  5. Surat Al-Fath, Ayat 11.
  6. Surat An-Nisa, Ayat 60.
  7. Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Tafsir Jawami' al-Jami', Terjemah: Ahmad Amiri Syadmehri, Masyhad, Bunyad Pazyuhesyha-ye Islami Astan Quds Razavi, 1375 HS, Jilid 1, hlm. 560.
  8. Thusi, Muhammad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Cetakan Pertama, Jilid 7, hlm. 466.
  9. Surat Al-Mumtahanah, Ayat 4.
  10. Surat Al-A'raf, Ayat 151.
  11. Surat Al-A'raf, Ayat 155.
  12. Surat Hud, Ayat 45–47.
  13. Surat Nuh, Ayat 28.
  14. Surat Yusuf, Ayat 97–98.
  15. Surat Ghafir, Ayat 7.
  16. Surat Asy-Syura, Ayat 5.
  17. Surat Al-Hasyr, Ayat 10.
  18. Makarem Syirazi, Naser, Tafsir Nemuneh, Teheran, Penerbit Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1374 HS, Jilid 23, hlm. 522.
  19. Nahj al-Balaghah, Khutbah 197.