Sayidah Maryam Sa: Perbezaan antara semakan
Mencipta laman baru dengan kandungan ''''Soal''':Bagaimana Kedudukan Dan Keutamaan Sayidah Maryam Sa? '''Jawab''': Maryam sa merupakan satu-satunya wanita yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an dan diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam sa memiliki kedudukan seperti dipilih oleh Allah swt, digelari sebagai Siddiqah (sangat jujur), memiliki kesucian dan kehormatan, serta berbicara dengan para malaikat. Beberapa ulama Muslim b...' |
Nazarzadeh (bincang | sumb.) |
||
| (8 semakan pertengahan oleh seorang pengguna lain tidak dipaparkan) | |||
| Baris 1: | Baris 1: | ||
{{question}} | |||
Bagaimana Kedudukan Dan Keutamaan Sayidah Maryam Sa? | |||
{{question end}} | |||
{{answer}} | |||
{{portal|زن و خانواده|واژهها}} | |||
'''Maryam sa''' merupakan satu-satunya wanita yang disebutkan namanya di dalam [[Al-Qur'an]] dan diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam sa memiliki kedudukan seperti dipilih oleh [[Allah]] swt, digelari sebagai Siddiqah (sangat jujur), memiliki kesucian dan kehormatan, serta berbicara dengan para malaikat. Beberapa ulama Muslim bahkan percaya pada kenabian Maryam sa. | |||
Maryam sa, sesuai dengan nazar ibunya, dibawa ke [[Baitul Maqdis]] untuk melayani dan beribadah kepada Allah swt. Para pendeta di Baitul Maqdis berselisih mengenai siapa yang akan mengasuh Maryam sa. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, mereka melakukan undian, dan undian jatuh kepada [[Zakaria as]]. Sehingga, Zakaria as pun menjadi pengasuh Maryam sa. Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis. Di kalangan masyarakat, Maryam sa dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering melihat makanan di dekat Maryam dan bertanya dari mana makanan tersebut berasal. Maryam sa menjawab bahwa makanan itu adalah kiriman dari Allah swt. | |||
Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui cara biasa. Al-Qur'an tidak menyebutkan durasi kehamilannya. Menurut beberapa mufassir, durasi kehamilan Maryam sa seperti wanita lain, yaitu sembilan bulan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa durasi kehamilannya bersifat mukjizat. Mereka juga menyebutkan bahwa durasinya hanya berlangsung selama satu jam. | Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui cara biasa. Al-Qur'an tidak menyebutkan durasi kehamilannya. Menurut beberapa mufassir, durasi kehamilan Maryam sa seperti wanita lain, yaitu sembilan bulan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa durasi kehamilannya bersifat mukjizat. Mereka juga menyebutkan bahwa durasinya hanya berlangsung selama satu jam. | ||
==Kedudukan== | ==Kedudukan== | ||
Al-Qur'an memperkenalkan Maryam sa sebagai tauladan bagi semua orang beriman: | Al-Qur'an memperkenalkan Maryam sa sebagai tauladan bagi semua orang beriman: {{quran||translation=Dan Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman … Demikian pula Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya.|sura=At-Tahrim/66|verse=11-12}}, Dalam ayat 42 surat Ali ‘Imran, ia juga disebut sebagai orang pilihan dan suci: | ||
{{quran big|یَا مَرْیَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاکِ وَطَهَّرَکِ وَاصْطَفَاکِ عَلَیٰ نِسَاءِ الْعَالَمِینَ|translation=Dan (Ingatlah) ketika Malaikat berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam.|Sura=Āli 'Imrān|verse=42}} | |||
Dalam Al-Qur'an, tidak ada nama seorang wanita yang disebut selain Maryam sa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, para malaikat berbicara kepada Maryam sa. | Dalam [[Al-Qur'an]], tidak ada nama seorang wanita yang disebut selain Maryam sa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, para malaikat berbicara kepada Maryam sa.<ref>Surah Āl ‘Imrān, ayat 42-43.</ref> Dalam dua ayat, [[Allah]] secara jelas menegaskan kesucian dan kehormatan Maryam sa.<ref>Surah Taḥrīm, ayat 12; juga: Surah Anbiyā’, ayat 91.</ref>Selain itu, Maryam sa diperkenalkan sebagai Siddiqah<ref>Surah Mā’idah, ayat 75.</ref>, yang berarti sangat jujur.<ref>Ḥaḍrat Maryam (S) Namād-e Niyāyesh, Nāhid Ṭayibī, Farhang-e Kowthar, 1377 HS, nomor 22.</ref> Allah dalam Al-Qur'an memerintahkan Maryam sa untuk beribadah<ref>Surah Āl ‘Imrān, ayat 43.</ref> dan menyebutnya sebagai bagian dari Qanitin.<ref>Surah Taḥrīm, ayat 12.</ref> Para mufasir menjelaskan bahwa Qanitin merujuk pada mereka yang senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah.<ref>Tafsīr Aḥsan al-Ḥadīth, ‘Alī Akbar Quraishī, Jilid 11, halaman 245.</ref> | ||
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, seorang mufassir abad ke-7 Hijriah<ref>Qurṭubī, Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, 1364 HS, Jilid 4, halaman 83.</ref>, dan Taqiyuddin Al-Subki, seorang ahli fikih dan hadis dari Ahlusunah di abad ke-8 Hijriah<ref>Ālūsī, Rūḥ al-Ma‘ānī, 1415 H, Jilid 2, halaman 149.</ref>, percaya pada kenabian Maryam sa. Keyakinan mereka didasarkan pada fakta bahwa Allah menyampaikan wahyu kepada Maryam melalui malaikat, sebagaimana yang terjadi pada para nabi lainnya. Mereka juga menganggap keutamaan Maryam sa yang disebutkan dalam ayat 42 surah Ali ‘Imran sebagai salah satu bukti kenabiannya.<ref>Ālūsī, Rūḥ al-Ma‘ānī, 1415 H, Jilid 2, halaman 149.</ref> Dalam teks-teks tasawuf, Maryam sa dianggap sebagai salah satu wali Allah dan sosok yang memiliki kedudukan Wilayah Khassah (kewalian khusus).<ref>Bāztāb-e Maqāmāt-e Ḥaḍrat Maryam (S) dar Matn-hā-ye ‘Irfānī-ye Fārsī az Qarn-e Chahārum tā Pāyān-e Qarn-e Nohum, Ṭāhirah Khushḥāl Dastjirdī wa Zainab Riḍāpūr, Majallah-ye ‘Ilmī Pizhūhishī-ye Muṭāli‘āt-e ‘Irfānī, Nomor 12, 1389 HS.</ref> | |||
==Riwayat Hidup== | ==Riwayat Hidup== | ||
Al-Qur'an, berbeda dengan kitab suci lainnya, memulai kisah Maryam sa sejak sebelum kelahirannya.<ref name=":3">Surah Āl ‘Imrān, ayat 35.</ref> Ibunda Maryam sa sedang mengandung seorang anak dan menyangka bahwa anak tersebut adalah seorang laki-laki.<ref>Tafsīr Nemūneh, Jilid 2, halaman 523.</ref> Ia [[bernazar]] bahwa anaknya akan didedikasikan untuk Allah.<ref name=":3"/> Namun, bayi yang lahir ternyata seorang perempuan, berbeda dari sangkaannya. Meskipun demikian, ibunda Maryam tetap memenuhi nazarnya.<ref name=":3"/> Bayi perempuan itu diberi nama Maryam.<ref name=":3"/> Sesuai dengan nazar, Maryam sa dibawa ke [[Baitul Maqdis]] untuk mengabdi di tempat ibadah dan beribadah kepada [[Allah]].<ref name=":4"/> Para ulama dan tokoh besar [[Bani Israil]] diminta untuk mengasuhnya.<ref name=":4">Makāram Shīrāzī, Nāṣir, Tafsīr Nemūneh, Jilid 2, halaman 544, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, Teheran, Cetakan Pertama, 1374 HS.</ref> Maryam sa, putri Imran, berasal dari keluarga yang terhormat. Oleh karena itu, orang-orang berdebat satu sama lain bersaing untuk menjadi pengasuhnya. Akhirnya, melalui undian, [[Zakaria as]] yang pada saat itu belum memiliki anak, terpilih sebagai pengasuh Maryam sa.<ref>Surah Āl ‘Imrān, ayat 44.</ref> | |||
Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis.<ref>Surah Maryam, ayat 16.</ref> Di kalangan masyarakat, Maryam dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa.<ref>Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 41.</ref> Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering mendapati makanan di dekat Maryam. Ketika ia bertanya tentang asal makanan tersebut, Maryam menjawab bahwa itu adalah pemberian dari Allah.<ref>Surah Āl ‘Imrān, ayat 37.</ref> | |||
Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis. | |||
==Kehamilan Maryam sa dan Kelahiran Isa== | ==Kehamilan Maryam sa dan Kelahiran Isa== | ||
Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui proses kehamilan yang biasa. | Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa [[Riwayat|riwayat]], Maryam sa mengandung tanpa melalui proses kehamilan yang biasa.<ref>Ṭabarsī, Faḍl bin Ḥasan, Majma‘ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, 1372 HS, Jilid 6, halaman 789.</ref> [[Al-Qur'an]] menggambarkan kehamilan Maryam dengan sebutan ''فَنَفَخْنا'' (Kami tiupkan)<ref>Surah Taḥrīm, ayat 12.</ref>, dan penciptaan [[Isa as]] dijelaskan serupa dengan penciptaan [[Adam as]] sebagai bentuk [[Mukjizat|mukjizat]].<ref>Surah Āl ‘Imrān, ayat 59.</ref> | ||
Kabar kehamilan Maryam sa disampaikan kepadanya oleh makhluk yang disebut Al-Qur'an dengan sebutan “Ruh”. | |||
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara spesifik durasi kehamilan Maryam. | Kabar kehamilan Maryam sa disampaikan kepadanya oleh makhluk yang disebut Al-Qur'an dengan sebutan “Ruh”.<ref name=":02">Surah Maryam, ayat 17.</ref> Para mufassir meyakini bahwa yang dimaksud “Ruh” adalah [[Malaikat Jibril as]].<ref>Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, 1374 HS, Jilid 13, halaman 36.</ref> | ||
Ada juga kelompok yang percaya bahwa masa kehamilan Maryam juga bersifat mukjizat. Mereka menyebutkan bahwa periode kehamilan Maryam sa berlangsung selama satu jam. | |||
Setelah kelahiran Isa as, Maryam sa kembali kepada kaumnya. | [[Al-Qur'an]] tidak menjelaskan secara spesifik durasi kehamilan Maryam as.<ref name=":03">Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 40, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1374 HS.</ref> Beberapa mufassir berpendapat bahwa kehamilan Maryam berlangsung selama sembilan bulan seperti wanita lainnya.<ref name=":23"/> Mereka beranggapan bahwa Allah ingin memuji Maryam sa dalam peristiwa ini dan jika lamanya masa kehamilan Maryam sa merupakan sebuah mukjizat, maka hal itu seharusnya disebutkan dalam ayat-ayat terkait.<ref name=":23">Ibnu Kathīr Dimashqī, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Jilid 5, halaman 196, Beirut, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Manšūrāt Muḥammad ‘Alī Baiḍūn, 1419 H.</ref> | ||
Ada juga kelompok yang percaya bahwa masa kehamilan Maryam juga bersifat mukjizat. Mereka menyebutkan bahwa periode kehamilan Maryam sa berlangsung selama satu jam.<ref name=":12">Majlisī, Muḥammad Bāqir, Biḥār al-Anwār, Jilid 14, halaman 225, Beirut, Mu’assasah al-Wafā’, 1410 H.</ref> Orang-orang ini beralasan, karena dalam ayat-ayat tersebut, segera setelah kisah kehamilan Maryam sa disambung dengan kata penghubung (ف) yang menunjukkan makna urutan segera atau berkesinambungan, terhadap kisah proses kelahiran Isa as, maka dari itu masa kehamilannya berlangsung cepat dan bersifat mukjizat.<ref name=":12"/> Di samping itu, sebagian riwayat juga mendukung pendapat ini.<ref name=":12"/> | |||
Setelah kelahiran [[Isa as]], Maryam sa kembali kepada kaumnya.<ref>Surah Maryam, ayat 27.</ref> Atas perintah [[Allah]], ia menjalani puasa bicara.<ref>Surah Maryam, ayat 26.</ref> Namun, [[Bani Israil]] menuduhnya melakukan perbuatan tercela karena melahirkan anak tanpa ayah.<ref>Surah Maryam, ayat 27-28.</ref> Untuk membantah tuduhan ini, Allah membuat bayi Maryam (Isa as) berbicara, memperkenalkan dirinya<ref>Surah Maryam, ayat 30-33.</ref>, dan membela kesucian ibunya.<ref>Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 45.</ref> | |||
==Keinginan Maryam Untuk Mati== | ==Keinginan Maryam Untuk Mati== | ||
Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam mengungkapkan keinginannya untuk mati dalam kondisi sulit saat melahirkan : | Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam mengungkapkan<ref>Ṭayyib, Aṭyab al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, Jilid 8, halaman 431, Teheran, Islām, 1378 HS.</ref> keinginannya untuk mati dalam kondisi sulit saat melahirkan : {{quran||translation=Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).|sura=Maryam|verse=23}} [[Muhammad Jawad Mughniyah]], seorang mufassir [[Syiah]] kontemporer, menyatakan bahwa ungkapan seperti ini adalah wajar bagi siapa saja yang berada dalam kondisi sangat sulit, dan selama hal itu tidak didasarkan pada keraguan terhadap agama maka bukanlah masalah.<ref>Mughniyyah, Tafsīr al-Kāshif, Jilid 5, halaman 177, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1424 H.</ref> | ||
Al-Qur'an hanya mencatat ucapan Maryam tanpa menjelaskan alasan spesifik di balik keinginannya untuk mati. | |||
Al-Qur'an hanya mencatat ucapan Maryam tanpa menjelaskan alasan spesifik di balik keinginannya untuk mati.<ref name=":1">Fakhr Rāzī, Mafātīḥ al-Ghayb, Jilid 21, halaman 525, Beirut, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1420 H.</ref> Para mufasir memberikan beberapa alasan di balik keinginan Maryam sa ini<ref name=":2">Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 41, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1374 HS.</ref> : | |||
* Maryam sa terkenal sebagai seorang perempuan yang [[zuhud]] di tengah [[Bani Israil]]. Allah swt bahkan mengirimkan rezeki langsung dari surga untuknya. Dengan reputasi seperti ini, ia takut karena melahirkan anak tanpa suami<ref name=":1"/> serta menghadapi berbagai tuduhan dari kaumnya.<ref name=":2"/> | |||
* Maryam sa adalah seorang wanita yang selalu sibuk dalam ibadah serta jauh dari dunia dengan segala urusannya. Ia yang sampai saat itu terbebas dari segala bentuk tanggung jawab hidup yang serius, tiba-tiba mengalami kehamilan dan persalinan. Merasa sendirian dan tidak memiliki siapa pun dalam situasi ini membuatnya mengungkapkan keinginan untuk mati.<ref>Madrisī, Muḥammad Taqī, Min Hudā al-Qur’ān, Jilid 7, halaman 32, Teheran, Dār Muḥibbī al-Ḥusayn, 1419 H.</ref> | |||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== | ||
{{ | {{footnotes|۲}} | ||
{{tree | |||
| main branch =تاریخ | |||
| subbranch1 =زنان اسوه | |||
| subbranch2 =حضرت مریم | |||
| subbranch3 = | |||
}} | |||
{{ارزیابی | |||
| شناسه = شد <!--خالی | شد--> | |||
| عکس = <!--خالی | شد--> | |||
| درگاه = شد <!--خالی | شد--> | |||
| ادبیات = شد <!--خالی | شد--> | |||
| پیوند = شد <!--خالی | شد--> | |||
| ناوبری = <!--خالی | شد--> | |||
| تغییرمسیر = شد <!--خالی | شد--> | |||
| ارجاعات = <!--خالی | شد--> | |||
| ارزیابی کمی = شد <!--خالی | شد--> | |||
| ارزیابی کیفی = شد <!--خالی | شد--> | |||
| اولویت = الف <!--الف | ب | ج | د--> | |||
| کیفیت = متوسط <!--خیلی خوب | خوب | متوسط | ضعیف--> | |||
}} | |||
{{text end}}[[fa: حضرت مریم(س)]] | |||
[[bn: হযরত মরিয়ম (আ.)]] | |||
[[ur: حضرت مریم سلام اللہ علیہا]] | |||
[[es: La señora María (P)]] | |||
[[en: Lady Mary (PBUH)]] | |||
[[ps: حضرت مریم (س)]] | |||
[[ru: Марьям (А)]] | |||
[[ar: السيدة مريم (عليها السلام)]] | |||
Semakan semasa pada 10:30, 4 Julai 2025
Bagaimana Kedudukan Dan Keutamaan Sayidah Maryam Sa?
Maryam sa merupakan satu-satunya wanita yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an dan diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam sa memiliki kedudukan seperti dipilih oleh Allah swt, digelari sebagai Siddiqah (sangat jujur), memiliki kesucian dan kehormatan, serta berbicara dengan para malaikat. Beberapa ulama Muslim bahkan percaya pada kenabian Maryam sa.
Maryam sa, sesuai dengan nazar ibunya, dibawa ke Baitul Maqdis untuk melayani dan beribadah kepada Allah swt. Para pendeta di Baitul Maqdis berselisih mengenai siapa yang akan mengasuh Maryam sa. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, mereka melakukan undian, dan undian jatuh kepada Zakaria as. Sehingga, Zakaria as pun menjadi pengasuh Maryam sa. Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis. Di kalangan masyarakat, Maryam sa dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering melihat makanan di dekat Maryam dan bertanya dari mana makanan tersebut berasal. Maryam sa menjawab bahwa makanan itu adalah kiriman dari Allah swt.
Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui cara biasa. Al-Qur'an tidak menyebutkan durasi kehamilannya. Menurut beberapa mufassir, durasi kehamilan Maryam sa seperti wanita lain, yaitu sembilan bulan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa durasi kehamilannya bersifat mukjizat. Mereka juga menyebutkan bahwa durasinya hanya berlangsung selama satu jam.
Kedudukan
Al-Qur'an memperkenalkan Maryam sa sebagai tauladan bagi semua orang beriman: ﴾Dan Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman … Demikian pula Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya.﴿(At-Tahrim/66:11-12), Dalam ayat 42 surat Ali ‘Imran, ia juga disebut sebagai orang pilihan dan suci:
| ﴾ | یَا مَرْیَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاکِ وَطَهَّرَکِ وَاصْطَفَاکِ عَلَیٰ نِسَاءِ الْعَالَمِینَ
Dan (Ingatlah) ketika Malaikat berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam. |
﴿ |
Dalam Al-Qur'an, tidak ada nama seorang wanita yang disebut selain Maryam sa. Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, para malaikat berbicara kepada Maryam sa.[1] Dalam dua ayat, Allah secara jelas menegaskan kesucian dan kehormatan Maryam sa.[2]Selain itu, Maryam sa diperkenalkan sebagai Siddiqah[3], yang berarti sangat jujur.[4] Allah dalam Al-Qur'an memerintahkan Maryam sa untuk beribadah[5] dan menyebutnya sebagai bagian dari Qanitin.[6] Para mufasir menjelaskan bahwa Qanitin merujuk pada mereka yang senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah.[7]
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, seorang mufassir abad ke-7 Hijriah[8], dan Taqiyuddin Al-Subki, seorang ahli fikih dan hadis dari Ahlusunah di abad ke-8 Hijriah[9], percaya pada kenabian Maryam sa. Keyakinan mereka didasarkan pada fakta bahwa Allah menyampaikan wahyu kepada Maryam melalui malaikat, sebagaimana yang terjadi pada para nabi lainnya. Mereka juga menganggap keutamaan Maryam sa yang disebutkan dalam ayat 42 surah Ali ‘Imran sebagai salah satu bukti kenabiannya.[10] Dalam teks-teks tasawuf, Maryam sa dianggap sebagai salah satu wali Allah dan sosok yang memiliki kedudukan Wilayah Khassah (kewalian khusus).[11]
Riwayat Hidup
Al-Qur'an, berbeda dengan kitab suci lainnya, memulai kisah Maryam sa sejak sebelum kelahirannya.[12] Ibunda Maryam sa sedang mengandung seorang anak dan menyangka bahwa anak tersebut adalah seorang laki-laki.[13] Ia bernazar bahwa anaknya akan didedikasikan untuk Allah.[12] Namun, bayi yang lahir ternyata seorang perempuan, berbeda dari sangkaannya. Meskipun demikian, ibunda Maryam tetap memenuhi nazarnya.[12] Bayi perempuan itu diberi nama Maryam.[12] Sesuai dengan nazar, Maryam sa dibawa ke Baitul Maqdis untuk mengabdi di tempat ibadah dan beribadah kepada Allah.[14] Para ulama dan tokoh besar Bani Israil diminta untuk mengasuhnya.[14] Maryam sa, putri Imran, berasal dari keluarga yang terhormat. Oleh karena itu, orang-orang berdebat satu sama lain bersaing untuk menjadi pengasuhnya. Akhirnya, melalui undian, Zakaria as yang pada saat itu belum memiliki anak, terpilih sebagai pengasuh Maryam sa.[15]
Maryam sa menyibukkan diri dengan beribadah di bagian timur Baitul Maqdis.[16] Di kalangan masyarakat, Maryam dikenal sebagai seorang perempuan yang sangat bertakwa.[17] Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Zakaria as sering mendapati makanan di dekat Maryam. Ketika ia bertanya tentang asal makanan tersebut, Maryam menjawab bahwa itu adalah pemberian dari Allah.[18]
Kehamilan Maryam sa dan Kelahiran Isa
Berdasarkan zahir beberapa ayat Al-Qur'an dan keterangan beberapa riwayat, Maryam sa mengandung tanpa melalui proses kehamilan yang biasa.[19] Al-Qur'an menggambarkan kehamilan Maryam dengan sebutan فَنَفَخْنا (Kami tiupkan)[20], dan penciptaan Isa as dijelaskan serupa dengan penciptaan Adam as sebagai bentuk mukjizat.[21]
Kabar kehamilan Maryam sa disampaikan kepadanya oleh makhluk yang disebut Al-Qur'an dengan sebutan “Ruh”.[22] Para mufassir meyakini bahwa yang dimaksud “Ruh” adalah Malaikat Jibril as.[23]
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara spesifik durasi kehamilan Maryam as.[24] Beberapa mufassir berpendapat bahwa kehamilan Maryam berlangsung selama sembilan bulan seperti wanita lainnya.[25] Mereka beranggapan bahwa Allah ingin memuji Maryam sa dalam peristiwa ini dan jika lamanya masa kehamilan Maryam sa merupakan sebuah mukjizat, maka hal itu seharusnya disebutkan dalam ayat-ayat terkait.[25]
Ada juga kelompok yang percaya bahwa masa kehamilan Maryam juga bersifat mukjizat. Mereka menyebutkan bahwa periode kehamilan Maryam sa berlangsung selama satu jam.[26] Orang-orang ini beralasan, karena dalam ayat-ayat tersebut, segera setelah kisah kehamilan Maryam sa disambung dengan kata penghubung (ف) yang menunjukkan makna urutan segera atau berkesinambungan, terhadap kisah proses kelahiran Isa as, maka dari itu masa kehamilannya berlangsung cepat dan bersifat mukjizat.[26] Di samping itu, sebagian riwayat juga mendukung pendapat ini.[26]
Setelah kelahiran Isa as, Maryam sa kembali kepada kaumnya.[27] Atas perintah Allah, ia menjalani puasa bicara.[28] Namun, Bani Israil menuduhnya melakukan perbuatan tercela karena melahirkan anak tanpa ayah.[29] Untuk membantah tuduhan ini, Allah membuat bayi Maryam (Isa as) berbicara, memperkenalkan dirinya[30], dan membela kesucian ibunya.[31]
Keinginan Maryam Untuk Mati
Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur'an, Maryam mengungkapkan[32] keinginannya untuk mati dalam kondisi sulit saat melahirkan : ﴾Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).﴿(Maryam:23) Muhammad Jawad Mughniyah, seorang mufassir Syiah kontemporer, menyatakan bahwa ungkapan seperti ini adalah wajar bagi siapa saja yang berada dalam kondisi sangat sulit, dan selama hal itu tidak didasarkan pada keraguan terhadap agama maka bukanlah masalah.[33]
Al-Qur'an hanya mencatat ucapan Maryam tanpa menjelaskan alasan spesifik di balik keinginannya untuk mati.[34] Para mufasir memberikan beberapa alasan di balik keinginan Maryam sa ini[35] :
- Maryam sa terkenal sebagai seorang perempuan yang zuhud di tengah Bani Israil. Allah swt bahkan mengirimkan rezeki langsung dari surga untuknya. Dengan reputasi seperti ini, ia takut karena melahirkan anak tanpa suami[34] serta menghadapi berbagai tuduhan dari kaumnya.[35]
- Maryam sa adalah seorang wanita yang selalu sibuk dalam ibadah serta jauh dari dunia dengan segala urusannya. Ia yang sampai saat itu terbebas dari segala bentuk tanggung jawab hidup yang serius, tiba-tiba mengalami kehamilan dan persalinan. Merasa sendirian dan tidak memiliki siapa pun dalam situasi ini membuatnya mengungkapkan keinginan untuk mati.[36]
Catatan Kaki
- ↑ Surah Āl ‘Imrān, ayat 42-43.
- ↑ Surah Taḥrīm, ayat 12; juga: Surah Anbiyā’, ayat 91.
- ↑ Surah Mā’idah, ayat 75.
- ↑ Ḥaḍrat Maryam (S) Namād-e Niyāyesh, Nāhid Ṭayibī, Farhang-e Kowthar, 1377 HS, nomor 22.
- ↑ Surah Āl ‘Imrān, ayat 43.
- ↑ Surah Taḥrīm, ayat 12.
- ↑ Tafsīr Aḥsan al-Ḥadīth, ‘Alī Akbar Quraishī, Jilid 11, halaman 245.
- ↑ Qurṭubī, Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, 1364 HS, Jilid 4, halaman 83.
- ↑ Ālūsī, Rūḥ al-Ma‘ānī, 1415 H, Jilid 2, halaman 149.
- ↑ Ālūsī, Rūḥ al-Ma‘ānī, 1415 H, Jilid 2, halaman 149.
- ↑ Bāztāb-e Maqāmāt-e Ḥaḍrat Maryam (S) dar Matn-hā-ye ‘Irfānī-ye Fārsī az Qarn-e Chahārum tā Pāyān-e Qarn-e Nohum, Ṭāhirah Khushḥāl Dastjirdī wa Zainab Riḍāpūr, Majallah-ye ‘Ilmī Pizhūhishī-ye Muṭāli‘āt-e ‘Irfānī, Nomor 12, 1389 HS.
- ↑ 12.0 12.1 12.2 12.3 Surah Āl ‘Imrān, ayat 35.
- ↑ Tafsīr Nemūneh, Jilid 2, halaman 523.
- ↑ 14.0 14.1 Makāram Shīrāzī, Nāṣir, Tafsīr Nemūneh, Jilid 2, halaman 544, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, Teheran, Cetakan Pertama, 1374 HS.
- ↑ Surah Āl ‘Imrān, ayat 44.
- ↑ Surah Maryam, ayat 16.
- ↑ Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 41.
- ↑ Surah Āl ‘Imrān, ayat 37.
- ↑ Ṭabarsī, Faḍl bin Ḥasan, Majma‘ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, 1372 HS, Jilid 6, halaman 789.
- ↑ Surah Taḥrīm, ayat 12.
- ↑ Surah Āl ‘Imrān, ayat 59.
- ↑ Surah Maryam, ayat 17.
- ↑ Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, 1374 HS, Jilid 13, halaman 36.
- ↑ Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 40, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1374 HS.
- ↑ 25.0 25.1 Ibnu Kathīr Dimashqī, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Jilid 5, halaman 196, Beirut, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Manšūrāt Muḥammad ‘Alī Baiḍūn, 1419 H.
- ↑ 26.0 26.1 26.2 Majlisī, Muḥammad Bāqir, Biḥār al-Anwār, Jilid 14, halaman 225, Beirut, Mu’assasah al-Wafā’, 1410 H.
- ↑ Surah Maryam, ayat 27.
- ↑ Surah Maryam, ayat 26.
- ↑ Surah Maryam, ayat 27-28.
- ↑ Surah Maryam, ayat 30-33.
- ↑ Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 45.
- ↑ Ṭayyib, Aṭyab al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, Jilid 8, halaman 431, Teheran, Islām, 1378 HS.
- ↑ Mughniyyah, Tafsīr al-Kāshif, Jilid 5, halaman 177, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1424 H.
- ↑ 34.0 34.1 Fakhr Rāzī, Mafātīḥ al-Ghayb, Jilid 21, halaman 525, Beirut, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1420 H.
- ↑ 35.0 35.1 Makāram Shīrāzī, Tafsīr Nemūneh, Jilid 13, halaman 41, Teheran, Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1374 HS.
- ↑ Madrisī, Muḥammad Taqī, Min Hudā al-Qur’ān, Jilid 7, halaman 32, Teheran, Dār Muḥibbī al-Ḥusayn, 1419 H.