Qadha Dan Qadar: Perbezaan antara semakan

Daripada WikiPasokh
Tiada ringkasan suntingan
Baris 46: Baris 46:
==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
{{CK}}
{{CK}}
[[fa: قضا و قدر]]
[[bn: ক্বাজা ও ক্বাদার]]
[[ur: قضا و قدر]]
[[en: Divine Decree and Predestination]]
[[ru: Каза и Кадар]]
[[ar: القضاء والقدر]]

Semakan pada 00:47, 21 Januari 2025

Pertanyaan

Apa yang dimaksud dengan Qadha dan Qadar?


Qadha dan Qadar Ilahi merupakan konsep mendasar dalam teologi Islam yang menjelaskan bagaimana peristiwa terjadi serta bagaimana pengaturan seluruh urusan di alam semesta dilakukan. Qadha berarti kepastian akhir dan mutlak dari suatu peristiwa setelah terpenuhinya semua syarat dan kondisi materialnya. Dengan kata lain, Qadha Ilahi adalah hasil pasti dari proses bertahap dan kausalitas yang membawa kepada terjadinya suatu peristiwa.

Qadar, atau yang dikenal sebagai Takdir Ilahi, mengacu pada penentuan ukuran, batas, dan sifat setiap peristiwa oleh Allah swt. Penentuan ini dilakukan sesuai dengan berbagai faktor yang memengaruhi, dan secara bertahap terealisasi. Dalam ajaran Islam, Qadha dan Qadar terbagi menjadi dua jenis:

1. Qadha dan Qadar Ilmiah Qadha dan Qadar Ilmiah berkaitan dengan pengetahuan Allah swt mengenai waktu, tempat, dan cara terjadinya setiap peristiwa. Dalam pandangan ini, Allah telah mengetahui dengan pasti bagaimana dan dalam kondisi apa setiap peristiwa akan terjadi. Pengetahuan ini mencakup segala hal, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi.

Pengetahuan Ilahi ini tidak bertentangan dengan kebebasan memilih manusia, karena Allah mengetahui dengan sempurna pilihan-pilihan yang akan diambil oleh manusia. Allah mengetahui arah yang akan diambil oleh setiap individu berdasarkan kehendak dan kebebasan yang dimilikinya.

2. Qadha dan Qadar 'Aini

Qadha dan Qadar 'Aini merujuk pada realisasi atau terjadinya peristiwa secara faktual dan eksternal. Dalam konteks ini, Allah swt telah menentukan ukuran, karakteristik, dan batasan bagi setiap makhluk dan fenomena. Beberapa contoh dari Qadha dan Qadar ‘Aini mencakup bentuk fisik manusia, jenis kelamin, warna kulit, bahkan durasi hidupnya di dunia ini.

Perilaku dan tindakan manusia juga terjadi dalam kerangka Qadha dan Qadar ‘Aini ini. Meskipun terdapat batasan-batasan tersebut, manusia tetap memiliki kebebasan dan kehendak untuk memilih jalan hidup yang mereka inginkan. Dalam pandangan dunia Islam, qadha dan qadar tidak bertentangan dengan pilihan dan kehendak manusia. Meskipun Allah swt telah menentukan ukuran dan batasan umum dari segala sesuatu, namun pilihan akhir dalam tindakan dan perbuatan berada di tangan manusia. Oleh karena itu, manusia bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan dan perbuatannya sendiri. [1][2][3][4][5]

Arti Qadha

Kata "qadhā" dalam bahasa Arab bermakna memutuskan atau memberikan keputusan, baik itu berupa tindakan maupun perkataan, baik yang disandarkan kepada Allah swt maupun selain-Nya. [6] Selain itu, kata ini juga dapat merujuk pada tindakan menyelesaikan atau memberikan keputusan. Istilah "qādhī" (hakim) sendiri diambil dari arti ini, karena hakim bertugas untuk memberikan keputusan antara dua pihak dan menyelesaikan urusan mereka. [7][8] Dalam konteks Qur'ani, kata "qadhā" digunakan dalam tiga makna yang berbeda:[9]

  • Qadha dalam arti penciptaan, pembentukan, dan penyelesaian suatu urusan: وَ قَضَاهُنَّ سَبْعَ سَماواتٍ فِی یَوْمَیْنِ; Dia menciptakan tujuh langit dalam dua hari dan menyelesaikannya.(Fushshilat: 12)
  • Dalam arti menetapkan dan mewajibkan suatu perintah: وَ قَضَی رَبُّکَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلَّا إِیَّاهُ; Tuhanmu telah memutuskan (memerintahkan) agar kamu tidak menyembah selain Dia. (Al-Isra: 23)
  • Dalam arti mengumumkan dan memberitahukan: وَ قَضَیْنَا إِلَى بَنِی إِسْرَائِیلَ فِی الْکِتَابِ; Kami memberi keputusan kepada Bani Israil dalam kitab.(Al-Isra: 4)

Qadha Ilahi, dalam terminologi para ulama ilmu kalam, merujuk pada pencapaian tahap akhir dan pasti dari suatu peristiwa setelah seluruh persiapan, sebab, dan kondisi yang diperlukan terpenuhi. Dengan kata lain, Qadha Ilahi menunjukkan bahwa setelah segala faktor dan syarat yang diperlukan untuk terjadinya suatu peristiwa lengkap, peristiwa tersebut akan mencapai tahap final dan tak terelakkan. [8]

Arti Qadar

Yang dimaksud dengan qadar atau takdir ilahi adalah bahwa Allah swt telah menetapkan ukuran, batasan, serta kondisi kuantitatif, kualitatif, waktu, dan tempat tertentu bagi setiap fenomena. Tahap qadar adalah tahap yang mendahului qadha. Pada tahap qadar, Allah swt melakukan pengukuran dan menyediakan segala sebab serta kondisi yang diperlukan untuk terjadinya suatu peristiwa, sedangkan tahap qadha adalah tahap di mana peristiwa tersebut mencapai titik akhir dan terselesaikan. [8]

Qadha dan Qadar Ilmiah dan Aini

Qadha dan Qadar dibagi menjadi dua kategori: ilmiah dan aini.

Qadha dan Qadar Ilmiah

Qadar ilmiah berarti bahwa Allah swt sudah mengetahui sebelumnya kapan, di mana, dan dalam kondisi apa setiap peristiwa akan terjadi. Ilmu ilahi ini mencakup pengetahuan tentang persiapan yang diperlukan, sebab-sebab munculnya, dan kepastian terjadinya setiap peristiwa. Pengetahuan seperti ini dikenal sebagai qadar ilmiah.

Ilmu Allah tentang perbuatan dan pilihan manusia tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah mengetahui jalan yang akan dipilih oleh setiap individu, baik itu menuju dosa ataupun jalan amal yang saleh. Akibat dari perbuatan-perbuatan tersebut serta konsekuensinya juga berada dalam pengetahuan Allah. Dengan demikian, pengetahuan Allah yang mendahului pilihan dan perbuatan manusia tidak berarti menghapuskan kebebasan dan pilihan mereka, melainkan menunjukkan penguasaan Allah yang sempurna atas sistem sebab-akibat dan kebebasan di dunia ini. [10]

Qadha dan Qadar 'Aini

Semua makhluk di alam semesta, baik manusia maupun fenomena lainnya, memiliki batasan, ketentuan, dan karakteristik tertentu. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sepenuhnya tidak terbatas; bahkan tindakan pilihan manusia pun dipengaruhi oleh kondisi dan pembatasan yang jelas. Sebagai contoh, manusia tidak dapat berbicara hanya dengan tangan atau mata; untuk dapat berbicara, kesehatan tenggorokan, lidah, gigi, dan bibir adalah hal yang sangat diperlukan.

Takdir yang nyata merujuk pada penentuan ukuran, batasan, dan karakteristik setiap fenomena, beserta kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya fenomena tersebut. Takdir Ilahi ini mencakup sifat-sifat esensial dan syarat-syarat yang memungkinkan terjadinya sesuatu, seperti bagaimana setiap makhluk hadir dengan karakteristik tertentu, serta kapan dan di mana ia akan ada. [11]

Catatan Kaki

Templat:CK