Orang-orang Yang Dicintai Allah Swt: Perbezaan antara semakan

Daripada WikiPasokh
Tiada ringkasan suntingan
Baris 36: Baris 36:
# Keyakinan terhadap kehidupan setelah mati.<ref>Surat Al-Baqarah, ayat 2–4</ref>
# Keyakinan terhadap kehidupan setelah mati.<ref>Surat Al-Baqarah, ayat 2–4</ref>


Allah swt dalam [[Surah Ash-Shaff]]<ref>Surat Ash-Shaff, ayat 4.</ref> dan [[Surah Al-Ma'idah]]<ref>Surat Al-Ma’idah, ayat 54.<ref></ref></ref> menegaskan bahwa Dia mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya:
Allah swt dalam [[Surah Ash-Shaff]]<ref>Surat Ash-Shaff, ayat 4.</ref> dan [[Surah Al-Ma'idah]]<ref>Surat Al-Ma’idah, ayat 54.</ref> menegaskan bahwa Dia mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya:
{{quran|إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الَّذِینَ یُقَاتِلُونَ فِی سَبِیلِهِ|translation=Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya.|sura=Ash-Shaff|verse=4}}
{{quran|إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الَّذِینَ یُقَاتِلُونَ فِی سَبِیلِهِ|translation=Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya.|sura=Ash-Shaff|verse=4}}



Semakan pada 01:25, 16 Januari 2025

Pertanyaan

Berdasarkan Al-Qur'an, siapakah orang-orang yang dicintai oleh Allah?

Allah dalam Al-Qur'an secara tegas menyebutkan orang-orang yang Dia cintai. Allah menyebutkan lima kali dalam Al-Qur'an bahwa Dia mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Selain itu, orang-orang yang bertakwa (orang yang menjaga diri dari perbuatan buruk) juga merupakan kelompok yang dicintai Allah. Mereka yang sabar, bersih, bertaubat, dan berlaku adil juga termasuk orang-orang yang Allah cintai, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an.

Ahli Ihsan (Orang-orang yang Berbuat Kebaikan)

Artikel Utama: Al-Muhsinun dalam Al-Qur'an

Berdasarkan Al-Qur'an, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan: ﴾وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الْمُحْسِنِینَ؛ Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.﴿(Al-Baqarah:195).

Allah mencintai kelompok ini dan diulang dalam Al-Quran sebanyak lima pada ayat-ayat berikut ini:

  1. Ayat 195 Surat Al-Baqarah
  2. Ayat 134 dan 148 Surat Al-Imran
  3. Ayat 13 dan 93 Surat Al-Ma'idah

Allamah Thabathabai mengartikan ihsan sebagai melakukan setiap tindakan dengan cara terbaik dan tanpa cacat, yang hanya ditujukan untuk Allah.[1]

Cinta Allah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan (Muhsinun) memiliki dampak di dunia dan akhirat. Di dunia, mereka mendapatkan petunjuk, pahala cepat, pertolongan Allah, rahmat-Nya, dan kedudukan yang tinggi. Sementara di akhirat, mereka akan menerima kenikmatan surga, pahala lebih banyak, amal yang diterima, dan dilindungi dari azab.[2]

Taubat dan Kebaikan

Berdasarkan ayat 222 Surah Al-Baqarah, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang menjaga kesucian. Taubat berarti kembali kepada Allah.[3] Kata (tawwabin) merujuk pada seseorang yang sering bertaubat. Allah mencintai segala bentuk taubat, baik taubat dengan istighfar, taubat dengan amal, atau taubat dengan keyakinan yang benar.[4]

Di ayat lain, Allah juga menyebutkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang bersih dan suci: «Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang suci».[5] Kesucian memiliki makna yang luas, mencakup kebersihan spiritual dari segala bentuk kesyirikan dan dosa, serta kebersihan fisik.[6]

Ahli Takwa dan Jihad

Allah mencintai orang-orang yang bertakwa (orang-orang yang menjaga diri dari perbuatan haram) sebagaimana disebutkan dalam ayat 4 dan 7 Surah At-Taubah serta ayat 76 Surah Al-Imran. Takwa dalam pengertian Al-Qur'an adalah menghindari perbuatan haram.[7] Kelompok-kelompok seperti orang-orang yang durhaka, sesat, pemberontak, zalim, dan penjahat merupakan lawan dari orang-orang yang bertakwa.[8]

Dalam Surah Al-Baqarah, lima ciri orang bertaqwa disebutkan:

  1. Iman kepada yang ghaib
  2. Menegakkan shalat
  3. Menginfakkan sebagian dari rezeki yang diberikan kepada mereka
  4. Iman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya
  5. Keyakinan terhadap kehidupan setelah mati.[9]

Allah swt dalam Surah Ash-Shaff[10] dan Surah Al-Ma'idah[11] menegaskan bahwa Dia mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya: ﴾إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الَّذِینَ یُقَاتِلُونَ فِی سَبِیلِهِ؛ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya.﴿(Ash-Shaff:4)

Orang yang Tawakal

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an, Allah swt mencintai orang-orang yang bertawakal: ﴾إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الْمُتَوَکِّلینَ؛ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.﴿(Aali Imran:159)

Tawakal berarti bergantung sepenuhnya kepada Allah.[12] Tawakal adalah salah satu bagian dari iman.[13] Orang yang bertawakal percaya bahwa Allah mengatur segala urusan dan rezekinya, sehingga dia hanya berharap kepada-Nya dan tidak mengandalkan selain-Nya.[14] Allah mencintai orang-orang yang bergantung sepenuhnya pada-Nya.[15]

Para mufassir menjelaskan bahwa tawakal berarti menerima takdir Allah dengan lapang dada.[16] Al-Ghazali, seorang ulama besar, mengatakan bahwa tawakal adalah kedudukan orang-orang yang dekat dengan Allah, yaitu meyakini sepenuhnya kepada-Nya.[17]

Menurut Ayatullah Ja'far Subhani, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah, namun tetap memanfaatkan sebab-sebab yang ada di dunia, bukan menunggu pertolongan gaib tanpa usaha.[18]

Orang-orang yang Sabar

Allah mencintai orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang tetap teguh dalam iman dan tidak kehilangan semangat meskipun menghadapi ujian, musibah, atau penentangan dari orang-orang kafir. Allah berfirman: «Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.»[19]

Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad saw memohon kepada Allah agar setiap cobaan dan musibah yang dihadapinya dipermudah dan dijadikan ringan. Sabar di sini mencakup keteguhan hati dan ketahanan dalam menghadapi segala kesulitan, dengan tetap menjaga iman dan berusaha tanpa mengeluh.[20]

Orang-orang yang Adil

Allah menyebutkan tiga kali dalam Al-Qur'an bahwa Dia mencintai orang-orang yang adil: ﴾إِنَّ اللَّهَ یُحِبُّ الْمُقْسِطِینَ؛ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil.﴿(Al-Ma'idah:42)[21]

Keadilan, sebagai lawan dari kedzaliman dan penindasan, merupakan salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam Al-Qur'an. Allah mengutus para nabi untuk mengajarkan dan menegakkan keadilan di antara umat manusia.[22] Keadilan bukan hanya diterapkan dalam hubungan antar sesama manusia, tetapi juga dalam hubungan dengan Allah, dengan melaksanakan hak-hak-Nya dan hak-hak sesama.[23]

Catatan Kaki

Templat:Ck

Daftar Pustaka

Templat:Ref Templat:Akhir

  1. Thabathaba’i, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, terj. Muhammad Baqir Musavi Hamadani, Qum, Daftar Intisharat Islami, cetakan kelima, 1374 SH, jilid 4, hal. 28.
  2. Abudzar Tasyakkuri Shalih, “Atsar Mahabbah Tuhan kepada Muhsinin dalam Al-Qur’an,” Jurnal Ma’rifat, Ma’had Imam Khomeini (ra), edisi 180.
  3. Thabathaba’i, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, terj. Muhammad Baqir Musavi Hamadani, Qum, Daftar Intisharat Islami, cetakan kelima, 1374 SH, jilid 2, hal. 317.
  4. Thusi, Muhammad bin Hasan, At-Tibyan fi Tafsir Al-Qur’an, Beirut, Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi, cetakan pertama, tanpa tahun, jilid 6, hal. 468.
  5. Surah at-Taubah: 108
  6. Makarem Syirazi, Nashir, Tafsir Nemuneh, Teheran, Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, cetakan kesepuluh, 1371 SH, jilid 8, hal. 140.
  7. Thabathaba’i, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, terj. Muhammad Baqir Musavi Hamadani, Qum, Daftar Intisharat Islami, cetakan kelima, 1374 SH, jilid 9, hal. 202.
  8. Abbasi, Babak, “Taqwa,” Ensiklopedia Besar Islam, Bunyad Da’irat Al-Ma’arif Islami, 1393 SH, jilid 7, sub judul “Taqwa.”
  9. Surat Al-Baqarah, ayat 2–4
  10. Surat Ash-Shaff, ayat 4.
  11. Surat Al-Ma’idah, ayat 54.
  12. Makarem Syirazi, Nashir, Tafsir Nemuneh, Teheran, Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, cetakan kesepuluh, 1371 SH, jilid 15, hal. 541.
  13. Makarem Syirazi, Nashir, Akhlaq fi Al-Qur’an, Qum, Madrasah Ali bin Abi Thalib, cetakan pertama, 1377 SH, jilid 2, hal. 266.
  14. Husaini, Malik, dkk., “Tawakkul,” Ensiklopedia Dunia Islam, Bunyad Da’irat Al-Ma’arif Islami, 1393 SH, jilid 8, sub judul “Tawakkul.”
  15. Thabarsi, Fadhl, Majma’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, terj. Tim Penerjemah, Teheran, Farahani, cetakan pertama, tanpa tahun, jilid 4, hal. 315.
  16. Maybudi, Tafsir Kashf Al-Asrar wa ‘Uddat Al-Abrar, dikutip dari Ensiklopedia Dunia Islam, Bunyad Da’irat Al-Ma’arif Islami, jilid 1, hal. 4062.
  17. Ghazali, Kimia As-Sa’adah, dikutip dari Syahidi, Sayyid Ja’far, Syarah Matsnawi, jilid 6, hal. 353.
  18. Subhani, Ja’far, Manshur Javid, jilid 3, hal. 419.
  19. Surah Aali Imran: 146
  20. Muhammad Shadiq ‘Arif, Rah-e Rowshan (terjemahan Al-Mahajjah Al-Baydha’), Al-Faidh Al-Kasyani, jilid 7, hal. 160.
  21. Surat Al-Ma’idah, ayat 42. Surat Al-Hujurat, ayat 9. Surat Al-Mumtahanah, ayat 8.
  22. Subhani, Syaikh Ja’far, Manshur Javid, jilid 13, hal. 168.
  23. Surat Al-Hadid, ayat 25.